InfoSAWIT, JAKARTA – Permintaan minyak sawit diperkirakan akan pulih kembali ketika penerapan kebijakan pembatasan (lockdown) di seluruh dunia mulai mereda dan utamnya di negara-negara konsumen utama minyak sawit di dunia.

Ini juga berlaku untuk di Cina dan India, yang telah kembali meningkatkan pembelian minyak sawit untuk menambah persediaan. Permintaan yang cukup besar juga akan didukung adanya kebijakan mandatori pencampuran biodiesel berbasis minyak sawit di negara-negara penghasil minyak kelapa sawit utama.

Merujuk analisa CPOPC, di China, minyak kelapa sawit memiliki peluang lebih baik lantaran kegiatan pengolahan kedelai menjadi minyak kedelai dan impor rapeseed dan kegiatan ektraksi minyak rapeseed di negara tersebut diperkirakan menurun. Hasilnya pangsa pasar minyak sawit olahan (olein) akan terus meningkat selama harganya masih ekonomis dibanding minyak kedelai.

Persediaan minyak sawit di China dilaporkan menipis, membuka potensi unutk lebih banyak kegiatan impor. China kemungkinan akan membeli lebih banyak minyak kelapa sawit, kendati minyak sawit bukan sebagai cadangan utama minyak nabati di negeri tirai bambu tersebut, guna mengisi kemungkinan kesenjangan akibat penurunan impor minyak nabati yang lebih lanjut seandainya ada kendala politik lebih lanjut dengan AS, Kanada dan Australia.

Di India, periode penerapan kebijakan pembatasan aktivitas (lockdown) terjadi dari April hingga Mei 2020, selama periode ini diperkirakan memangkas impor minyak kelapa sawit sebanyak 1,8 juta ton, dari perkiraan total impor yang mencapai 7,7 juta ton untuk tahun 2020.

 

Sumber: Infosawit.com