YOGYAKARTA-Pemerintah mendorong proses inovasi dalam pengelolaan industri kelapa sawit di Tanah Air. Upaya itu telah dilakukan pemerintah dengan mengimplementasikan dua kebijakan strategis, yakni pengamanan bahan baku dengan tarif bea keluar (BK) dan dana perkebunan yang pro industri serta pemberian insentif fiskal dan nonfiskal untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Direktur Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Dedy Junaidi mengatakan, perusahaan sawit dituntut berinovasi dalam pengelolaan industri kelapa sawit. “Inovasi perlu dilakukan di sektor hulu, pengembangan industri hilir, dan diversifikasi produk kelapa sawit dari limbah komoditas itu,” kata dia seperti dilansir Antara dalam seminar Sustainable palm oil Insight di Auditorium Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta di Yogyakarta, Rabu (17/1).

Untuk mendukung upaya itu, kata Dedy, pemerintah telah mengimplementasikan dua kebijakan strategis yakni pengamanan bahan baku berupa tarif bea keluar dan dana perkebunan yang pro industri serta pemberian insentif fiskal dan nonfiskal untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif. Beberapa perusahaan kelapa sawit merespons peluang itu dengan mulai berinvestasi pada teknologi terintegrasi dan terbarukan untuk menghasilkan inovasi pengembangan teknologi di sektor hulu yang berkelanjutan. Inovasi juga dilakukan pada pengembangan produk hilir sawit dan pemanfaatan limbah bernilai ekonomi tinggi.

Dia mengatakan, industri kelapa sawit merupakan salah satu sektor strategis bagi perekonomian Indonesia. Saat ini Indonesia merupakan produsen terbesar minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dunia dengan total kontribusi sebesar 48% dari produksi CPO dunia sekaligus menguasai 52% pasar ekspor minyak kelapa sawit. “Areal lahan kelapa sawit di Indonesia saat ini mencapai sekitar 10 juta hektare (ha),” jelas dia.

Ketua Panitia Seminar Sustainable palm oil Insight Muhammad Mustangin mengatakan, seminar bertujuan memberikan gambaran mengenai rantai pasok industri sawit sehingga terjaga keberlanjutannya. “Hal itu melingkupi sektor hulu, pengembangan industri hilir, dan pemanfaatn by Product sebagai produk yang mempunyai nilai ekonomi kepada seluruh pemangku kepentingan dan praktisi sawit,” katanya.

 

Sumber: Investor Daily Indonesia