JAKARTA- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (“ESDM) mempercepat proses penetapan alokasi unsur nabati (fatty add methyl ether/TAME) untuk campuran biodiesel 20% (B20) sampai Desember ini. Percepatan ini menyusul perluasan mandatori B20 ke bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi mulai 1 September nanti.
Direktur Jenderal energi baru terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, agar perluasan mandatori B20 jalan, pihaknya akan menambah volume alokasi FAME. Rincinya, tambahan volume untuk dicampur ke BBM nonsubsidi dan perpanjangan alokasi untuk BBM bersubsidi serta kelistrikan.
Untuk campuran BBM nonsubsidi, pihaknya kini masih mengkaji badan usaha BBM yang diwajibkan mencampur B20 ini. Pasalnya, meski terdapat 160 badan usaha BBM, tidak semuanya mengimpor solar. Sebagian badan usaha membeli dari badan usaha lain. Sementara badan usaha BBM yang mengimpor solar tercatat ada 14 badan usaha. Rencananya, hanya badan usaha yang mengimpor yang dikenakan kewajiban mencampur biodiesel.
Tetapi, ketika pihaknya meminta proyeksi solar yang akan diimpor, belum seluruhnya menyerahkan hitungannya. Padahal, volume impor solar ini akan menjadi dasar menghitung alokasi FAME. Pihaknya memberi waktu sampai akhir pekan ini bagi badan usaha BBM untuk menyerahkan proyeksi impor solarnya
“Karena setelah ini masih harus tetapkan alokasi dan mereka berkontrak, bikin kontrak saja biasanya 2 minggu. Sekarang kami kondisikan jangan 2 minggu karena ini percepatan, bukan kondisi normal,” kata Rida di Jakarta, Rabu (15/8). Penetapan alokasi harus selesai sebelum 1 September.
Secara nasional, lanjutnya, konsumsi solar pada tahun ini diproyeksinya sekitar 28,5-30 juta kilolitre (KL). Dari total kebutuhan tersebut, sebanyak 21 juta KL disedaikan dari dalam negeri, sementara sisanya ditutup melalui impor solar. Konsumsi dan impor solar ini naik dari tahun lalu. Pada 2017, konsumsi solar mencapai 27,5 juta KL, di mana pasokan domestik 21 juta KL dan impor 6,5 juta KL
Sementara itu, untuk realisasi serapan biodiesel tahun ini, tercatat sebesar 1,25 juta KL sampai akhir semester pertama lalu. Serapan biodiesel ini hanya dari pencampuran dengan BBM bersubsidi. Hingga akhir tahun ini, serapan biodiesel ditargetkan mencapai 4,1 juta KL. di mana untuk BBM bersubsidi 2,8 juta KL dan nonsubsidi 1,25 juta KL Jika terealisasi, maka serapan FAME tahun ini melonjak 55,64% dari realisasi tahun lalu sebesar 2,57 juta KL
Perluasan mandatori B20 ini, tutur Rida, bertujuan untuk mengurangi impor solar dan menghemat pemakaian devisa “Dengan kondisi MOPS US$ 85 per barel dan kurs saat ini, bisa saving Rp 50 triliun dalam satu tahun di tahun depan. Tahun ini hemat sekitar Rp 31,5 triliun,” kata dia.
Sumber: Investor Daily Indonesia