JAKARTA – Pemerintah mendorong kalangan eksportir biodiesel minyak sawit untuk meningkatkan volume penjualan ke pasar yang sudah mapan sekaligus merintis pasar baru, setelah Amerika Serikat meningkatkan besaran bea masuk anti dumping (BMAD) per 21 Februari 2018.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan Kasan Muhri menuturkan eksportir dapat mengintensifkan perdagangan ke sejumlah negara yang telah menerima biodiesel Indonesia.

“[Selain itu mulai menggarap] negara altematif tujuan ekspor [biodiesel CPO atau) pasar nontradisional,” kata Kasan kepada Bisnis, Rabu (28/2).

Ekspor biodiesel Indonesia ke dunia meningkat 54,7% secara year on year pada 2016. Negara tujuan ekspor terbesar saat itu memang pasar Amerika Serikat dengan nilai ekspor mencapai US$255,6 juta atau naik 73,9% yoy. Nilai penjualan biodiesel CPO ke AS pada 2016 mencapai 89,2% dari total ekspor komoditas tersebut dari Indonesia.

Namun pada 2017, ekspor biodiesel Indonesia ke dunia mencapai US$123,3 juta atau mengalami penurunan sebesar 57,0% secara yoy. Penurunan tersebut disebabkan karena ekspor ke AS terhenti.

Meski begitu kata Kasan, masih terdapat negara tujuan ekspor yang konsisten menerima biodiesel RI seperti Spanyol dengan nilai ekspor 2017 sebesar US$96,5 juta atau naik signifikan mencapai 485,4% yoy dengan share 78,3%.

Negara tujuan ekspor potensial lainnya yang tercatat seperti Italia naik 51,4% secara yoy atau dengan share 16,4%. Malaysia dengan share ekspor 4,9%, Korea Selatan 0,4%. Sementara ekspor ke Vietnam baru ada dan relatif rendah yakni 0,001%.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengklaim pihaknya akan memperluas pasar ekspor komoditas itu untuk meningkatkan ekspor yang cenderung menurun drastis sejak 2017.

“Kami buka pasar baru, bukan hanya biodiesel, turunan dari CPO kan banyak,” kata Enggar, Rabu (28/2).

PASAR UE

Sementara itu, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan mengatakan pasar baru untuk ekspor biodiesel tidak mudah dan membutuhkan waktu untuk merintisnya. Dibutuhkan dukungan dari kementerian energi dan lingkungan hidup, serta persetujuan dari pabrik otomotif negara yang dituju.

“Kami sedang berusaha membuka pasar baru untuk biodiesel. Untuk itu, semua kemungkinan negara di jajaki,” kata Paulus.

Saat ini, pihaknya tengah berada di Brussel, Belgia untuk membuka kembali pasar Uni Eropa (UE) untuk ekspor biodiesel, setelah Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) awal tahun ini memenangkan Indonesia dan mencabut pengenaan bea masuk antidumping yang dilakukan UE. Sehingga Aprobi sedang melakukan langkah-langkah membuka pasar tersebut.

Ekspor biodiesel ke AS sudah dihentikan sejak negara Adidaya itu memutuskan mengenakan BMAD saat penyelidikan awal sebesar 50,71 % pada 19 Oktober 2017 untuk seluruh eksportir biodiesel Indonesia seperti Wil-mar Trading PTE. Ltd. dan PT Musim Mas.

Tekanan AS tidak sampai di situ. Pada 21 Februari 2018, US Department of Commerce (USDOC), institusi yang menentukan perhitungan besaran dumping AS menetapkan BMAD akhir bagi eksportir Tanah Air meningkat menjadi 92,52%. Sementara itu, khusus PT Musim Masbesaran yang ditetapkan meroket hingga 276,65%.

Menanggapi kasus tersebut, Kemendag akan melakukan segala cara untuk membatalkan putusan tersebut. Salah satu langkah yang akan dilakukan ialah dengan melaporkan kasus itu pada WTO.

Kemendag juga telah memberikan pernyataan resmi terkait BMAD tersebut.

Direktur Pengamanan Perdagangan Kemendag Pradnyawati mengatakan penentuan besaran dumping merupakan putusan di tingkat US Department of Commerce (USDOC) yakni institusi yang melakukan investigasi dumping dan penghitungan besaran dumping. Besaran yang meningkat secara signifikan pada penentuan akhir tersebut dinilai tidak berdasar dan bertentangan dengan ketentuan antidumping WTO.

Adapun, implementasi putusan USDOC tersebut akan tergantung pada putusan US International Trade Commission (USITC) yang bakal membuktikan apakah adanya kerugian di industri domestik AS akibat impor dengan harga dumping atau tidak.

 

Sumber: Bisnis Indonesia