Pemerintah sedang menyusun peta jalan (roadmap) biodiesel 100% (B100) yang ditargetkan rampung paling lambat pada Juli mendatang. B100 merupakan bahan bakar nabati yang berasal dari minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO). Jenis bahan bakar ini akan menggantikan bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar yang berdampak positif dalam mengurangi impor.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM EX. Sutijastoto mengatakan penyusunan roadmap ini dilakukan agar pengembangan B100 masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) lima tahun ke depan. “Rencananya sebulan dua bulan roadmap selesai supaya masuk RPJMN Bappenas,” kata Sutjiastoto di Jakarta, Rabu (15/5).

Sutijastoto menuturkan dalam roadmap itu memuat mengenai kilang minyak yang akan mengolah CPO. Saat ini Pertamina sedang mengujicoba kilang eksisting untuk menghasilkan B100. Selain itu ada usulan agar perusahaan sawit didorong untuk membangun kilang. Namun dia belum bisa memastikan kisaran harga B100 tersebut lantaran formulanya masih disusun.

“Apakah nanti ada semacam DMO (domestic market obligation) atau yang lain. Yang jelas semangatnya harga sawit tetap terjamin,” ujarnya.

Dikatakannya roadmap bukan hanya terkait pembangunan kilang saja. Melainkan memuat keterlibatan masyarakat dalam memasok CPO ke kilang tersebut. Dia menyebut ada rencana hasil petani kelapa sawit didorong sebagai pemasok kilang. Dengan begitu diharapkan harga sawit stabil. Namun dia belum bisa membeberkan lebih lanjut rencana tersebut. “Ini semua sedang dibuat road-mapnya,” katanya.

Pemerintah berkomitmen meningkatkan pemanfaatan CPO sebagai bahan bakar alternatif. Bahkan, CPO nantinya tak sebatas diolah menjadi solar hijau, tetapi juga avtur hijau yang memiliki angka Cetane lebih tinggi. Pemanfaatan ini dimulai dari kerja sama antara Pertamina dan PT Perkebunan Nusantara (Persero).

Pertamina melakukan uji coba pengolahan CPO dengan metode co-processing yang dilakukan di Kilang Dumai, Riau dan Kilang Cilacap, Jawa Tengah. Selanjutnya, pada 2020, uji coba ini direncanakan dilakukan di Kilang Balongan, Jawa Barat. Jika terealisasi, maka impor minyak mentah dapat dikurangi. Program ini diperkirakan akan mengurangi konsumsi minyak mentah sebesar 23 ribu barel per hari (bph) atau setara US$ 500 juta per tahun.

Mengacu data Pertamina, terdapat tiga kilang yang nantinya menghasilkan green gasoline dan green LPG, yakni Kilang Plaju, Cilacap, dan Balongan. Sementara pengolahan CPO di Kilang Dumai akan menghasilkan green diesel atau solar hijau. Khusus Kilang Cilacap, perseroan memproyeksikan juga akan menghasilkan green avtur atau avtur hijau.

Dari program co-processing ini, diproyeksikan produksi green gasoline bisa 487 ribu KL per bulan dan green LPG 104 ribu ton per bulan. Sementara proyeksi produksi green diesel dan green avtur, sesuai data Pertamina, masing-masing 11.500 Barrel Steam Per Day (BSD) dan 11.700 BSD.

 

Sumber: Investor Daily Indonesia