KOMPAS.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Luwu Utara kembali melakukan kegiatan peremajaan kelapa sawit untuk meningkatkan produktivitas. “Kegiatan peremajaan kelapa sawit melalui dinas terkait ini sudah dimulai sejak 2018 dengan realisasi 1.645,91 hektar (ha),” kata Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani (IDP) seperti dalam keterangan tertulisnya. Hal tersebut dikatakan IDP usai menanam perdana bibit kelapa sawit di Desa Rampoang Kecamatan Tanalili, Selasa (07/07/2020). Lebih lanjut, ia mengatakan, tahun 2019 peremajaan kelapa sawit ditarget 1.722 ha dan realisasi 597,43 ha. “Untuk tahun 2020 ini ditarget 2.000 ha dan realisasinya 1.061,78 ha dengan jumlah 13 kelompok yang tersebar di 6 desa, 3 kecamatan,” katanya.

Sebagai informasi, terkait program tersebut, Pemkab Luwu Utara menyerahkan bantuan bibit kelapa sawit untuk 1.061,78 ha. Tak tanggung-tanggung, bibit tersebut merupakan bibit unggul yang telah bersertifikasi untuk program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Kendala peremajaan kelapa sawit  Pada kesempatan itu, IDP menuturkan, ada beberapa hambatan atau kendala yang dihadapi untuk program peremajaan kelapa sawit rakyat ini. “Diantaranya kelengkapan berkas yang juga meliputi Surat Tanda Daftar Usaha Budidaya (STDB) dan legalitas lahan,” jelasnya. Di samping itu, ia mengatakan, syarat untuk mendapat bantuan ini adalah hamparan sawit minimal 50 ha dalam satu kelompok. “Kendala lain yang dihadapi adalah adanya petani yang menunda permohonan replanting saat harga sawit meningkat di atas Rp1000 per kilogram (kg),” tuturnya.

Selain itu, ia memaparkan, kendala lainnya yakni hama tikus dan sapi liar menyerang bibit sawit di lokasi penanaman, hama ulat grayak menyerang tanaman jagung sebagai tanaman sela, dan lokasi perbukitan yang menyulitkan penebangan. “Namun, kami tentu tetap optimis, tidak ada yang sia-sia jika kita mau berusaha. Hari ini kita menanam, nanti kita juga yang akan memetik hasilnya,” kata IDP. Ia berharap, dengan adanya bibit unggul yang sudah bersertifikasi ini, masyarakat dapat memelihara dengan baik agar tumbuh dengan subur dan masa tunggu untuk panen tidak terlalu lama. Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Sawit Indonesia (Apkasindo) Sulawesi Selatan (Sulsel) Badaruddin mengatakan, permasalahan Kelapa Sawit itu biasanya soal sumber benih dan pemeliharaannya.

“Untuk itu masyarakat Luwu Utara patut bersyukur sebab upaya yang dilakukan IDP melalui program ini,” kata Badaruddin dalam sambutannya saat penyerahan bibit secara simbolis, Selasa (07/07/2020). Menurut dia, bibit bantuan yang diberikan tersebut merupakan bibit unggul, sehingga tidak ada lagi bibit palsu. Meski begitu, ia mengatakan, bibit itu harus tetap dipelihara, sebab walaupun bibitnya bagus tapi pemerliharaannya tidak bagus, maka produksi tidak akan maksimal. “Oleh karenanya, mari maksimalkan kerja-kerja kelompok yang telah ada,” kata Badaruddin seperti dalam keterangan tertulisnya.

Sumber: Kompas.com