Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sintang, Kalimantan Barat, mendorong sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan. Ini agar komoditas minyak sawit nasional mampu bersaing di pasar ekspor.

Bupati Sintang Jarot Winarno mengatakan, dua sertifikasi yang didorong ialah Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).

“Realisasi komitmen ini tercermin dari keinginan pemerintah untuk mendapat sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan ISPO dan RSPO,” kata Jarot di Sintang, Kalimantan Barat, Rabu, 21 November 2018.

Jarot menjelaskan, saat ini 47 perusahaan kelapa sawit yang ada di Sintang, cuma dua perusahaan berstatus RSPO. Sedangkan yang berstatus ISPO hanya enam perusahaan.

“Sisanya menuju ISPO dan 500 ribuan hektare yang bisa ditanam, sekitar 177 hektare sudah tertanam kelapa sawit,” ujar Jarot.

Saat ini hasil kelapa sawit dari petani plasma dan petani mandiri harus memiliki salah satu dari kedua sertifikasi itu. Sayangnya, petani mandiri sulit untuk memegang sertifikasi tersebut.

Jarot bilang, petani mandiri dari hasil panen perlu dimaksimalkan. Sebab, masih banyak hasil panen yang tidak seproduktif dengan petani plasma.

“Misal disana hijau-hijau (petani plasma) dan disitu kuning (petani mandiri). Ini yang perlu kita kelola, tidak produktif, panen susah,” ujar Jarot.

Meski petani mandiri membuka lahan kembali untuk mendapatkan hasil panen maksimal, bila tidak dibina secara benar maka hasilnya juga tak akan maksimal. Untuk itu, pengelolaan lahan perlu mulai dari pembelian bibit hingga menjelang masa panen.

“Bibitnya tidak beli yang tersertifikasi, ada saja yang menawarkan. Produksi negara kita jangan sampai adanya nafsu ekspansi (buka lahan baru tanpa intensifikasi),” jelas Jarot.

World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia punya misi untuk memberdayakan petani kelapa sawit melalui program berkelanjutan. WWF meyakini produksi kelapa sawit berkelanjutan dapat menjamin tersedianya produk kelapa sawit yang memenuhi kebutuhan pasar.

Namun tak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, serta mampu menyejahterakaan kehidupan sosial dan ekonomi manusia.

“Ada assurance sistem yang dibangun yang bisa memastikan bahwa produksi sawit misalnya ya itu bebas dari deforestasi (penebangan hutan), bebas dari pelanggaran HAM, dan konflik sosial,” ujar Sustainable Palm Oil Program Manager WWF Indonesia Putra Agung.

 

Sumber: Metrotvnews.com