POFA dapat berfungsi sebagai substitusi semen karena memiliki kandungan pozolanik seperti silika, alumina, dan besi yang tinggi. Kandungan yang ada berguna untuk membantu reaksi hidrasi sekunder yang dapat meningkatkan kekuatan beton.

Sulit dipungkiri jika tanaman kelapa sawit yang menjadi komoditas unggulan Indonesia mempunyai beragam potensinya. Mulai dari Tandan Buah Segar (TBS) yang diproduksi menjadi minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) hingga minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO). dan, masih banyak produk turunan dari sawit untuk bahan makanan dan lainnya.

Buah kelapa sawit terdiri dari kulit paling luar, serabut, tempurung, dan kernel (inti sawit). Pengolahan bagian serabut dengan cara ekstraksi dapat menghasilkan CPO, sedangkan pengolahan bagian kernel dapat menghasilkan Palm Kernel Oil (PKO).

Bahkan limbahnya yang selama ini hanya dimanfaatkan sebagai pupuk atau berakhir di tempat pembuangan akhir sampah. Jika melihat proses pengolahan TBS pada industri sawit saat memproduksi CPO dan PKO menghasilkan tiga jenis limbah yakni limbah padat, cair, dan gas.

Limbah padat dari sawit terdiri dari tandan buah kosong, serat, cangkang buah, dan abu bakar. Sebagai contoh, pemanfaatan limbah padat sawit (cangkang sawit) digunakan untuk pembuatan briket bahkan briket dari cangkang sawit banyak diminati di industri yang dimanfaatkan sebagai pengganti batubara.

Sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, tentunya potensi limbah sawit Indonesia juga sangat besar. Sebagai gambaran, jumlah tandan kosong yang dihasilkan setiap ton TBS yang diolah belum banyak dimanfaatkan dan pengelolaannya masih terbatas sebagai abu bakar dan mulsa tanaman.

Namun dengan adanya pengembangan teknologi beton yang saat ini mengarah pada beton dengan tingkat fluiditas yang tinggi. Beton jenis ini tidak memerlukan alat pemadat, atau dikenal dengan Self Compacting Concrete (SCC).

Dengan ketekunan dan keulatannya dalam berinovasi limbah padat sawit yang minim nilai tambah, kini limbah tersebut bernilai lebih. Peserta International Concrete Competition (ICC) 2018 , Tim WcFlurry dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berhasil meraih juara ketiga dengan inovasinya merancang SCC memanfaatkan limbah abu pembakaran kelapa sawit. Pada kompetisi yang mengangkat tema ‘Sustainable Self Compacting Concrete’, abu limbah sawit atau Palm Oil Fuel Ash (POFA) dipilih sebagai material pengganti semen.

Menurut Cita Nanda Kusuma Negari, salah satu anggota tim, selama ini pemanfaatan POFA masih minim dan belum terkelola dengan baik. Ditambah lagi POFA menjadi masalah bagi industri sawit karena memerlukan lahan pembuangan yang luas dan jumlahnya yang terus meningkat. “Jadi, kami ingin mengangkat konsep sustainable atau keberlanjutan dari poin-poin tersebut,” ujar Cita.

Lebih lanjut, Cita menjelaskan sebelumnya POFA harus disaring sampai lolos ayakan (red-saringan) nomor 325. Penyaringan ini bertujuan agar ukuran partikel dapat terkontrol sesuai dengan ukuran semen sehingga bisa reaktif. “Apabila ukuran partikelnya lebih besar dari ukuran semen, POFA ini hanya akan bekerja sebagai filler atau bahan pengisi, bukan sebagai binder atau pengikat,” tambahnya.

POFA dapat berfungsi sebagai substitusi semen karena memiliki kandungan pozolanik seperti silika, alumina, dan besi yang tinggi. Kandungan yang ada berguna untuk membantu reaksi hidrasi sekunder yang dapat meningkatkan kekuatan beton. “Pozolannya lebih dari 70 persen sehingga sudah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI),” pungkas Cita, mahasiswa angkatan 2017.

Sumber : Sawitindonesia.com