Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) memulai serangkaian langkah untuk melobi China dalam rangka mendongkrak ekspor. Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita yang langsung berkunjung ke China menawarkan komoditas minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO), buah-buahan dan sarang burung walet.

Langkah Enggar tersebut mendapat apresiasi dari kalangan pengusaha. Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan, langkah yang dilakukan oleh Menteri Perdagangan tersebut sangat penting.

“Kita sangat mendukung upaya yang dilakukan Menteri Perdagangan membuka pangsa pasar ekspor ke China. Sebab Negeri Tirai Bambu itu memiliki populasi mencapai 1,2 miliar, pangsa pasar yang punya prospek besar pula,” kata Sarman di Jakarta, Sabtu (20/7/2019).

Sarman menilai, strategi pendekatan bisnis dengan bisnis (B to B) dan pemerintah dengan pemerintah (G to G) harus dilakukan, karena China juga memiliki kebijakan yang membatasi impor.

Selama ini, lanjut dia, Indonesia merasa transaksi perdagangan antara Indonesia dan China tidak seimbang. Artinya jauh lebih besar impor barang dari China daripada ekspor komoditas Indonesia ke China.

“Sudah saatnya kita lebih proaktif mencari peluang baru di China dengan produk-produk yang mereka sangat butuhkan dari Indonesia,” ungkap Sarman.

 

Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan langkah Mendag sudah tepat dengan melobi China secara langsung. Menurut dia, sebelumnya Perdana Menteri China juga pernah berjanji akan membeli CPO lebih banyak dari Indonesia.

“Positif sekali karena menagih janji. Sekarang mungkin menteri kita datang menagih,” tutur dia.

Namun, Sofjan melihat banyak kendala yang harus dihadapi Indonesia dalam ekspor kelapa sawit. Menurutnya, dari manufacturing harga yang ditawarkan Indonesia lebih mahal.

“Susahnya kita tidak masukin dan China itu dalam situasi pembelian dalam streat war, dia minta produk pertanian yang tidak bisa kita produksi. Tetapi kalau jumlah tanya menteri perdagangan saja. Pokoknya pemerintah jualan terus lah, biar produk-produk kita bisa dibeli,” kata dia.

Kemudian untuk sarang burung walet, lanjut Sofjan, Indonesia semakin baik dalam kualitas dan mutu. Namun, saat ini tinggal mempercepat masalah internalagar ekspor sarang burung walet segera ada peningkatan.

“Biasanya sarang burung walet itu Indonesia biasanya ekspor melalui Malaysia. Sangkar burung dari sini kita bisa ekspor langsung. Dulu ada kendala. Urusan kita tidak memberikan kualitas yang baik. Tetapi dulu sudah diselesaikan oleh menteri perdagangan. Sekarang mungkin ditagih lagi juga karena kebutuhan mereka akan burung walet banyak sekali. China banyak impor,” jelas dia.

Namun Sofjan optimis pemerintah bisa mendapat USD 1 miliar dalam satu tahun dengan menggejot ekspor CPO, buah-buahan dan sarang burung walet.

Sumber: Liputan6.com