Ketua Umum Gapki Joko menjelaskan, volume ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya sepanjang 2018 mencapai 32,02 juta ton.

Ekspor CPO pada April pun naik tiga persen dibanding bulan sebelumnya.

Gapki pun mencatat sepanjang kuartal I 2019 harga CPO global bergerak di kisaran USD 510–USD 550 per ton dengan harga rata-rata USD 528,4 per ton.

Harga rata-rata tersebut terus melandai lima persen sejak Januari 2019.

”Semua harga komoditas tertekan akibat perekonomian global,” kata Joko.

Adanya sentimen black campaign Uni Eropa turut menggerus kinerja ekspor Indonesia.

Selain itu, lesunya perekonomian di negara tujuan utama ekspor, khususnya India, berdampak sangat signifikan pada permintaan minyak sawit.

Pertumbuhan volume ekspor ditopang negara nontradisional seperti Korea Selatan, Jepang, dan Malaysia.

”Kondisi ini cukup menggembirakan, terlebih sejumlah negara tujuan ekspor utama justru mencatatkan penurunan,” ujarnya.

Hingga saat ini, kelapa sawit masih menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia dalam menambah devisa negara.

Pada 2018 lalu, ekspor CPO mencapai 34 juta ton dengan nilai sekitar Rp 270 triliun.

”Kami akan terus berupaya memperkuat hilirisasi seperti menyerap CPO untuk kebutuhan biodiesel,” ujar Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono.

Kasdi menyebutkan, pemanfaatan CPO pengembangan biodiesel sebagai salah satu jenis energi terbarukan menjadi langkah strategis untuk mengoptimalkan hilirisasi CPO.

”Melalui penguatan hilirisasi CPO, diharapkan kesejahteraan pekebun sawit turut meningkat karena terciptanya peluang pasar domestik yang besar,” tambahnya.

Kasdi melanjutkan, pemerintah tidak hanya mengandalkan ekspor, terutama jika hanya dalam bentuk mentah.

Pihak Kementan akan terus mendorong pemanfaatan CPO untuk biodiesel dalam negeri.

”Kementerian ESDM sudah menetapkan B-30 dan sudah berjalan, sedang di Kementan sudah B-100,” urainya.

Sumber: Jpnn.com