Salah satu komoditas perkebunan yang sangat potensial yaitu kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.). Pengusahaan kelapa sawit saat ini di Indonesia telah mencapai luasan 14 Juta ha yang dikelola oleh PBN (Perkebunan Besar Negara), PBS (Perkebunan Besar Swasta) dan PR (Perkebunan Rakyat). Sektor kelapa sawit Indonesia merupakan sektor strategis dan padat karya. Sektor ini memberikan sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi, merupakan penghasil devisa terbesar hingga mencapai Rp 240 triliun dan bisa mempekerjakan jutaan pekerja.
Pengelolaan perkebunan kelapa sawit dalam mencapai peningkatan produksi dan produktivitas menerapkan GAP (Good Agricultural Practice) yang mencakup teknis budidaya tanaman, managemen dan pengelolaan sumberdaya manusia. Peningkatan produktivitas harus sejalan dengan peningkatan aspek keberlanjutan (sustainability). Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan bidang riset sebagai produksi dan pemasok temuan/data/ilmu/informasi baru yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, meningkatkan aspek keberlanjutan, serta mendorong penciptaan produk serta pasar baru.
Riset (research) atau penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan menurut metodologi ilmiah untuk memperlolah data atau informasi yang berkaitan dengan pemahaman tentang fenomena alam atau sosial, pembuktian kebenaran atau ketidak benaran suatu asumsi atau hipotesis, dan penarikan kesimpulan ilmiah. Kehadiran riset di perkebunan merupakan wadah untuk mengkaji ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kelapa sawit yang hasilnya dapat diaplikasikan langsung untuk kemajuan perusahaan kelapa sawit.
Riset kelapa sawit telah banyak dilakukan di lembaga perguruan tinggi, balai penelitian kelapa sawit, lembaga riset perkebunan dan lain-lain. Tetapi saat ini sebahagian besar perusahaan kelapa sawit memiliki lembaga riset internal. Hal tersebut karena penelitian di lembaga perguruan tinggi dan lembaga penelitian pemerintah lebih bersifat penelitian dasar dan kurang spesifik sesuai kebutuhan perusahaan tertentu. Oleh karena itu, kehadiran riset internal perusahaan sebagai wadah menjawab permasalahan di perusahaan tersebut (penelitian terapan) dan pemberi rekomendasi sesuai data dan pengkajian di lapangan. Lembaga riset tersebut harus diampu oleh ahli-ahli terkait dengan bidang keilmuannya, seperti agronomi, proteksi tanaman, pemuliaan tanaman, tanah, statistik, biokimia, sosial dan managemen dan lain-lain.
Keberhasilan lembaga riset kelapa sawit tidak terlepas dari kemajuan dan keefektifan bidang riset agronomi. Agronomi merupakan ilmu yang mencakup kegiatan budidaya tanaman, mulai dari penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen primer dengan konsep produksi tinggi dan lestari. Output yang dipanen dari pengusahaan kelapa sawit yaitu minyak sawit yang didapatkan dari TBS (Tandan Buah Segar) hasil dari akumulasi pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Oleh karena itu, bidang riset agronomi (pemupukan, pengelolaan air, kesuburan tanah, ekofisiologi tanaman dan praktik produksi tanaman berkelanjutan) sangat penting karena berhubungan langsung dengan hasil produksi tanaman. Produksi tanaman (Y) merupakan fungsi dari genetik (G), lingkungan (L), fisiologi (F) dan teknologi (T).
Y = ∫ (G, L, F, T)
Selain itu, ketertarikan riset bidang agronomi kelapa sawit karena terbukanya peluang besar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sejalan dengan terus tumbuhnya pengusahaan kelapa sawit, maka kebutuhan akan inovasi agronomi selalu akan dibutuhkan. Masih banyak permasalahan atau tantangan agronomi di perkebunan kelapa sawit yang belum terjawab, oleh karena itu riset kelapa sawit khususnya bidang agronomi akan semakin berkembang. Salah satu contoh, tanaman kelapa sawit diusahakan pada lahan mineral dan gambut, tetapi SOP budidaya sama antara keduanya, sehingga di lapangan akan terjadi ketidakefektifan sumberdaya atau input produksi. Studi kasus tersebut pada pemupukan, jika dosis pemupukan antara lahan mineral dan gambut sama maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak optimal. Oleh karena itu, riset bidang agronomi harus diperluas dan dipertajam untuk dapat menjangkau kesemua lini materi produksi, sehingga tindakan aplikasi di lapangan menjadi efektif dan efisien. Dalam sebuah perusahaan, peranan agronomy researcher meliputi tiga fokus target, yaitu bagaimana meningkatan produktivitas tanaman, mengefisienkan biaya produksi (cost) dan meningkatkan kualitas.
Sumber: Sawitindonesia.com