Untuk mengurangi pengangguran di pedesaan perlu dikembangkan sektor-sektor ekonomi yang lebih banyak menyerap tenaga kerja yang sesuai dengan karakteristik/latar belakang tenaga kerja pedesaan. Perkebunan kelapa sawit merupakan sektor ekonomi dengan teknologi padat kerja (Labor Intensive). Tidak hanya padat kerja tetapi juga akomodatif terhadap keragaman mutu/skill tenaga kerja pedesaan.
Secara umum, struktur pendidikan di kawasan pedesaan sebagian besar merupakan tenaga kerja berpendidikan sekolah dasar ke bawah. Sekitar 49 persen usia kerja produktif di kawasan pedesaan berpendidikan SD ke bawah dan 49 perden berpendidikan SLTP samapi SLTA dan hanaya 2 persen berpendidikan Diploma/Sarjana.
Pendidikan | Pendidikan Tenaga Kerja di Daerah Pedesaan ( % ) | Pendidikan Tenaga Kerja yang Terserap di Perkebunan Kelapa Sawit ( % ) |
SD Ke bawah | 49 | 51 |
SLTP | 30 | 16 |
SLTA | 19 | 30 |
Sarjana | 2 | 4 |
Sumber : BPS (2002)
Komposisi rata-rata pendidikan tenaga kerja yang terserap di perkebunan kelapa sawit menurut PASPI (2014), sekitar 51 persen berpendidikan SD ke Bawah, 16 Persen berpendidikan SLTP, 30 persen berpendidikan SLTAdan sisanya 4 persen Diploma/sarjana yang sanagat mirip dengan komposisi tenagan kerja yang tersedia di pedesaan.
Dengan kata lain, perkebunan kelapa sawit secara umum lebih akomodatif terhadap latar belang tenaga kerjayang tersedia di kawasan pedesaan. Pandangan bahwa tenaga kerja yang terserap perkebunan kelapa sawit tidak sesuai dengan kualitas tenega kerja di pedesaan adalah tidak didukung fakta.
Sumber: Mitos vs Fakata, PASPI 2017
Sumber: Sawitindonesia.com