Indonesia berbeda dengan Eropa dan Amerika Utara yang pada awal masa pembangunannya mendeforestasi seluruh hutan primernya sehingga tidak lagi memililki hutan asli untuk “rumahnya” satwa-satwa liar dan biodiversity lainnya. Oleh karena itu, saat ini Eropa dan Amerika Utara sedang membangun kembali hutan konservasi/lindung yang disebut sebagai high Conservation Value (HCV) dan High Carbon Stock (HCS).
Dalam fungsi hutan lindung/konservasi hutan Indonesia dikenal dengan cagar alam (Strict Nature Reserve) sekitar 4 juta hektar, suaka marga satwa (Wild Life Sanctuary) seluas 5 juata hektar. Selain itu, juga hutan Konservasi Sumber Daya Alam (Nature Conservation Area) seluas 13 juta hektar yang terdiri dati Taman Nasional (National Park), Taman Wisata Alam (Nature Recreational Park), Taman Huatan Rakyat (Grand Forest Park) dan Taman Buru (Game Hunting Park).
Fungsi High Conservation Value (HCV) Hutan | ||||
Lindung dan Konservasi di Indonesia | ||||
Uraian | Dataran | Perairan | ||
Unit | Ha | Unit | Ha | |
1. Pelestarian Alam | ||||
a. Cagar Alam | 222 | 3.957.691 | 5 | 152.610 |
b. Suaka Marga Satwa | 71 | 5.024.138 | 4 | 5.588 |
2. Konservasi Sumber Daya Alam | ||||
a. Taman Nasional | 43 | 12.328.523 | 7 | 4.043.541 |
b. Taman Wisata Alam | 101 | 257.323 | 14 | 491.248 |
c. Taman Hutan Rakyat | 23 | 351.680 | – | – |
d. Taman Buru | 13 | 220.951 | – | – |
Sumber: Statistik Kementerian Kehutanan, 2013 |
Hutan lindung dan konservasi tersebut, merupakan hutan dengan nilai konservasi tinggi (High Conservation Value/HCV), baik berupa biodiversity maupun proteksi alam dan mengandung stock karbon tinggi (High Carbon Stock/HCS). Pengembangan perkebunan kelapa sawit dilakukan dikawasan budidaya yakni diluar hutan lindung dan hutan konservasi tersebut. Pengembangan perkebunan kelapa sawit justru menghijaukan kembali (secara ekologis dan ekonomi) lahan-lahan terlantar, kritis, sebagaian gundul akibat logging massif pada tahun 1970-1990.
Sumber: Mitos vs Fakta, PASPI 2017
Sumber: Sawitindonesia.com