Medan. Lahan gambut yang dikelola dengan baik justru bisa memberikan manfaat yang baik pula bagi pengelolanya. Begitu juga dengan yang dilakukan para petani sawit di Teluk Panji, Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel), yang menanam sawit selaras di atas lahan gambut dan tidak merusak lingkungan gambut itu sendiri.
“Saya dan ribuan warga di Teluk Panji, Labusel, ini kan merupakan para transmigran di tahun 1980-an. Sejak kami menjadi peserta PIR-Trans di Labusel ini, kami kelola lahan gambut dengan baik, kami tanam sawit di atas lahan gambut, dan justru menghasilkan sawit yang bagus,” ujar Heri Susanto, seorang petani sawit dan Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Teluk Panji I.

Ia mengatakan hal itu saat dihubungi MedanBisnis, Rabu (19/7). Heri dan tiga orang sejawatnya saat ini berada di kota Solo, Jawa Tengah, untuk menjadi pembicara dalam acara Pertemuan Teknis Kelapa Sawit (PTKS) 2017 yang digelar Pusat Penelitian Kelapa sawit (PPKS) Medan di Hotel Best Western Premier, Solo Baru, Jawa Tengah, mulai tanggal 18 – 20 Juli 2017.

PTKS ini adalah kegiatan rutin dua tahunan dan merupakan kegiatan yang dapat digunakan sebagai forum berbagi informasi dan teknologi terkini di bidang perkelapasawitan.

Di acara itu tampil juga sejumlah pakar menjadi pembicara seperti mantan Menteri Pertanian Prof Bungaran Saragih, Mukti Sardjono (Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan), Direktur GIMNI Sahat M Sinaga, Ketua Dewan Pengawas BPDP-KS Rusman Heriawan, Bayu Krisnamurthi (Mantan Direktur BPDP-KS), Ahmad Haslan Saragih (Direktur PTPN4), dan Prof Rizaldi Boer (IPB).

Heri memaparkan, apa yang mereka alami itu adalah pengalaman selama lebih 30 tahun. Sawit di atas lahan gambut yang mereka kelola itu, kini mampu membuat para petani naik haji dan mampu menguliahkan anak-anak mereka hingga meraih gelar sarjana kedokteran.

“Berkat sawit, kini ada 50 warga kami yang akan naik haji di tahun ini. Ini adalah rekor yang pantas masuk MURI,” ujar Heri.

Saat tampil sebagai pembicara di acara PTKS tersebut, ia mengungkapkan pihak-pihak yang membantu warga PIR-Trans. Seperti PT ABM (Abdi Budi Mulia) yang mengikuti peraturan pemerintah 100% soal pembinaan petani sawit peserta PIR Trans. “Kami digembleng dengan baik oleh PT ABM,” ujar Heri.

Pihak PT ABM membeli TBS milik petani PIR Trans dengan harga yang ditentukan pemerintah. Pihaknya juga dibina dan diberdayakan untuk membentuk KUD. Dan, kini KUD mereka mampu menghasilkan uang hingga miliaran rupiah dan mampu membayar pajak ke negara. Keseriusan PT ABM membina mereka direalisasikan dengan menunjuk salahsatu pejabat PT ABM, yakni H Syahrial Pane, untuk mendidik para petani sawit di Teluk Panji selama belasan tahun.

“Hal ini saya katakan langsung di hadapan ribuan peserta PTKS. Kebetulan Pak H Syahrial Pane duduk di depan. Kami merasa wajib mengatakan hal ini kepada publik sebagai penghargaan kami terhadap PT ABM dan Pak Syahrial Pane sendiri,” kata Heri.

Sayangnya, H Syahrial Pane saat dihubungi secara terpisah, tidak banyak memberikan komentar. “Ah, yang saya dan PT ABM lakukan murni untuk mendukung petani sekaligus mematuhi anjuran pemerintah agar membina petani sawit, tidak ada motif lain,” tegas Syahrial. (hendrik hutabarat)

Sumber: Medanbisnisdaily.com