JAKARTA- Industri minyak kelapa sawit masih tetap tumbuh positif dan mampu memberikan kontribusi terbesar, sebagai salah satu industri unggulan, dalam menunjang ekonomi Indonesia. Hal ini bisa dilihat pada besaran kontribusi yang mencapai 13,5% terhadap rata-rata ekspor nonmigas dan 3,5% terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional. Dengan harga minyak sawit yang bertahan tinggi, nilai ekspor minyak nabati tersebut pada 2021 berpeluang tembus di atas US$ 35 miliar.
Ketua Gabungan Pengusahakelapa sawitIndonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan, kinerja sektor sawit nasional cukup baik selama pandemi Covid-19. “Pertumbuhan produksi dan ekspor tidak terganggu. Kinerja ini juga terlihat dengan kontribusi 3,5% terhadap PDB nasional, ditambah dengan kontribusi 13,5% terhadap rata-rata ekspor nonmigas,” ujar dia di Jakarta, belum lama ini.
Dalam rangka meningkatkan industri sawit berkelanjutan, telah dilakukan usaha membangun kolaborasi yang terus-menerus antara pelaku usaha dengan pemerintah di daerah, baik di tingkat provinsi dan kabupaten. Salah satunya terkait bagaimana mendorong iklim yang kondusif, baik regulasi maupun investasinya.
“Melalui Borneo Palm Oil, kami terus-menerus berkolaborasi dan merumuskan solusi yang bisa direkomendasikan untuk ditindaklanjuti oleh para pemangku kepentingan industri kelapa sawit,” ujar dia.
Kolaborasi dan sinergi tersebut bisa dilihat di Kalimantan Selatan yang selama ini dikenal baik, di mana hubungan dan koordinasi pelaku usaha dan pemerintah sangat kuat. Industri kelapa sawit juga telah menjadikan Kalimantan Selatan memperoleh penghargaan juara I ekspor komoditas pertanian tingkat nasional.
Level US$ 1.300/Ton
Harga minyak sawit hingga akhir Desember 2021 diperkirakan masih tinggi atau lebih dari US$ 1.300/ton CPO CIF Rotterdam. Dengan demikian, kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusahakelapa sawitIndonesia (Gapki) Mukti Sardjono, akan sangat memungkinkan nilai ekspor minyak sawit 2021 mencapai lebih dari US$ 35 miliar.
Mukti Sardjono menguraikan, produksi minyak sawit bulan Oktober lalu mencapai 4.040 ribu ton, lebih rendah dari pencapaian September 2021 sebesar 4.176 ribu ton. Tren produksi bulanan semester II tahun 2021 agak berbeda dari biasanya, di mana sampai dengan Oktober lalu kenaikan belum terlihat.
“Sampai dengan Oktober 2021, produksi CPO mencapai 39 juta ton dan PKO mencapai 3,7 juta ton. Berdasarkan pengamatan di lapangan, produksi November hingga Desember diperkirakan akan naik dengan total sekitar 8.580 ribu ton dan PKO sekitar 815 ribu ton, sehingga produksi CPO 2021 diperkirakan mencapai 47.472 ribu ton dan PKO mencapai 4.482 ribu ton atau total 51.954 ribu ton,” katanya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, pekan lalu.
Dibandingkan dengan produksi CPO 2020 sebesar 47 juta ton, lanjut dia, terjadi kenaikan. Namun, kenaikannya tidak signifikan, yaitu sebesar 0,93%.
Ia mengatakan, konsumsi dalam negeri bulan Oktober lalu mencapai 1.499 ribu ton, atau 24 ribu ton lebih rendah dari bulan September sebesar 1.475 ribu ton. Sedangkan sampai dengan Oktober 2021 konsumsi dalam negeri mencapai 15.178 ribu ton.
“Total konsumsi minyak sawit dalam negeri selama 4 bulan terakhir sedikit berfluktuasi pada level 1.460 ribu ton/bulan. Dengan asumsi total konsumsi bulan November dan Desember sebesar 3 juta ton, maka total konsumsi 2021 diperkirakan mencapai 18.178 ribu ton, sedikit lebih tinggi (naik 4,8%) dari konsumsi tahun 2020 yang sebesar 17.349 ribu ton,” ujarnya.
Sumber: Investor Daily Indonesia