Jakarta – Gabungan Pengusaha Kelapa sawit Indonesia (GAPKI) memprediksikan produksi minyak sawit mentah (CPO) nasional naik 10 persen dibandingkan 2017 yang mencapai 38,17 juta ton. Sekretaris Jenderal Gapki Togar Sitanggang mengatakan, kenaikan tersebut dipengaruhi pemulihan tanaman setelah terkena dampak La Nina pada 2015.

“Tahun 2018 prospeknya bagus. Produksi minyak sawit Indonesia tahun ini akan tumbuh 10 persen, karena tanaman sudah pulih kembali,” katanya dalam paparan Refleksi Industri Kelapa sawit 2017 dan Prospek 2018 di Jakarta, disalin dari Antara, kemarin.

Selain itu, tambahnya, pada tahun ini diperkirakan terjadi fenomena alam La Nina yang berarti terjadi banyak turunhujan, sementara tanaman sawit membutuhkan banyak air, sehingga mendorong peningkatan produksi. “Fenomena alam La Nina merupakan siklus empat tahunan yang mana tiga tahu lalu yakni 2015 Indonesia mengalami El Nino yang menyebabkan kekeringan sehingga produksi sawit menurun,” katanya.

Penurunan produksi sawit pada 2015 masih terasa hingga 2016 meskipun terjadi peningkatan, namun pada 2017 kembali meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Togar mengungkapkan, pada 2017, berdasarkan data yang diolah GAPKI, produksi CPO mencapai 38,17 juta ton dan PKO sebesar 3,05 juta ton sehingga total keseluruhan produksi minyaksawitIndonesia adalah 41,98 juta ton.

Produksi tersebut meningkat sebesar 18 persen jika dibandingkan dengan 2016 yaitu 35,57 juta ton yang terdiri dari CPO 32,52 juta ton dan PKO 3,05 juta ton. Sementara itu stok minyak sawit Indonesia pada akhir tahun 2017 adalah 4,02 juta ton. “Yang perlu diwaspadai kembali yakni nanti pada 2019 karena menurut siklus empat tahunan Indonesia kembali mengalami El Nino,” katanya.

Sepanjang 2017, kata. Togar, kekhawatiran akan adanya kebakaran lahan dapat teratasi dengan baik, hampir tidak ada kasus kebakaran di perkebunan kepala sawit. Menurut dia, Gapki dan perusahaan anggotanya telah melakukan berbagai upaya mencegah terjadi kebakaran lahan dan hutan (karlahut) di sekitar konsesi dengan pembentukan Desa Siaga Api diberbagai daerah dan sampai pada akhir 2017.

“Tercatat lebih dari 572 Desa Siaga Api yang dibentuk oleh perusahaan anggota Gapki dengan berbagai nama,” tuturnya. Dia mengatakan, pelatihan antisipasi dan mitigasi karlahut juga dilaksanakan di berbagai daerah, yang akan terus ditingkat dan dilanjutkan untuk ke depannya. Gapki mengungkapkan selama 2017 ekspor minyak sawit Indonesia menembus angka 23 miliar dolar AS meningkat 26 persen dibandingkan perolehan 2016. Togar Sitanggang dalam paparan Refleksi Industri Kelapa sawit 2017 dan Prospek 2018 di Jakarta, Selasa mengatakan, pada 2016 ekspor minyak sawit Indonesia (CPO dan turunannya) mencapai 18,22 miliar dolar AS sedangkan 2017 menjadi 22,97 miliar dolar AS. “Nilai ekspor minyak sawit tahun 2017 ini merupakan nilai tertinggi yang pernah dicapai sepanjang sejarah ekspor minyak sawit Indonesia,” katanya.

Berdasarkan data GAPKI, ekspor minya ksawit Indonesia (CPO dan turunannya) tidak termasuk biodiesel dan oleochemical pada 2017 mencapai 31,05 juta ton atau meningkat 23 persen dari 2016 yang sebanyak 25,11 juta ton.

Menurut Togar, pada 2017, hampir semua negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia mencatatkan kenaikan permintaan minyak sawitnya. India mencatatkan kenaikan permintaan yang signifikan baik secara volume maupun persentase, yang mana sepanjang 2017 India menembus 7,63 juta ton atau naik 1,84 juta ton atau naik 32 persen dibandingkan dengan tahun 2016.

 

Sumber: Harian Ekonomi Neraca