JAKARTA – Indonesia mendapatkan dukungan dari dua badan PBB, yaitu Food and Agriculture Organization (FAO) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD), untuk menyelesaikan persoalan diskriminasisawitdi Uni Eropa (UE). Dukungan serupa sebelumnya juga datang dari Dicastery for Promoting Integral Human Development di bawah pimpinan Kardinal Peter Turkson.
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pand-jaitan mengatakan, komoditas kelapasawittelah menjadi sasaran hoaks yang cukup mengemuka di dunia termasuk di Eropa. Jika tidak diluruskan maka Indonesia akan terkena dampak negatifnya, terutama nasib 2,30 juta petani kecil di Indonesia dan 17,50 juta pekerja di sektorsawitTernyata terhadap data itu istilah halusnya banyak dilakukan distortion of fad, itu yang banyak dilakukan negara-negara di Eropa ini,” terang Luhut dalam keterangan tertulisnya tentang kunjungan kerjanya ke Roma, Italia, pada 14-16 Mei 2018 lalu.
Saat ini, kata Luhut Pandjaitan, Indonesia berusaha kembali menyajikan data bahwa rule nomer satu dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) itu adalah keadilan. “Jadi, tidak
boleh ada diskriminasi,” ujar Menko Luhut sambila menjelaskan strategi diplomasi sa-witnya yakni dengan menyatukan data dan menyampaikan fakta yang lengkap tentang industrisawit
Kardinal Peter Turkson mengatakan, sisi lain dari industrisawitjuga harus diceritakan. “Sisi lain (dari industri ini) harus diceritakan,” dukung yang menyorot peran industrisawitterhadap pengentasan kemiskinan. Pada acara seminar yang diselenggarakan organisasinya bersama Indonesia dan Malaysia di Pontifical Urbana University, Roma (15/5), Kardinal Turkson juga menekankan bahwa peran organisasinya adalah tidak untuk berkelahi dengan pihak manapun, tapi ingin meletakkan keseimbangan antara kegiatan ekonomi sosial manusia dengan kepentingan kelestarian lingkungan.
Selain dari Dicastery for Promoting Integral Human Development di bawah pimpinan Kardinal Turkson, dukungan lain juga didapat Menko Luhut dari dua badan PBB yaitu FAO dan IFAD yang terkait masalah kemanusiaan, kemiskinan, kelaparan, agrikultur, dan peningkatan taraf hidup.
Sumber: Investor Daily Indonesia