JAKARTA. Indonesia, salah satu produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, terus mengalami pertumbuhan stabil dalam industri kelapa sawit berkelanjutan. Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), sebuah organisasi global yang berfokus pada minyak kelapa sawit berkelanjutan, mencatat peningkatan sertifikasi signifikan di antara petani kecil dan pabrik swadaya di Indonesia.

Selama sepuluh bulan pertama tahun 2023, RSPO mencatat peningkatan anggotanya di Indonesia sebesar 19%. NGO lingkungan, produsen barang konsumsi, dan petani kecil memimpin pertumbuhan ini. Areal sertifikasi RSPO di Indonesia juga terus bertambah, mencapai lebih dari 2,5 juta hektar lahan, termasuk perkebunan dan daerah bersertifikat petani kecil mandiri (ISH).

Pada tahun 2022, 25 pabrik baru telah disertifikasi sesuai dengan Prinsip dan Kriteria (P&C) Standar RSPO. Pada kuartal ketiga tahun 2023, jumlah pabrik yang disertifikasi bertambah sebanyak 18 unit. Sertifikasi RSPO di antara kelompok ISH tumbuh sebesar 41% dibandingkan dengan 2021, didukung oleh dana hingga US$180.000 yang didistribusikan melalui Dana Dukungan Petani Kecil RSPOs (RSSF).

Baca Juga: Ada UU Anti Deforestasi, Pemerintah Pastikan Sawit, Kopi, Kakao Bisa Akses Pasar UE

Untuk mendukung petani kecil dalam memperoleh sertifikasi, sekitar US$141.000 telah dialokasikan untuk 17 proyek petani kecil antara November 2022 hingga Oktober 2023, memberikan manfaat bagi lebih dari 5.000 petani.

Doris Sukanto, Sustainability Officer Asian Agri mengatakan, Asian Agri, produsen minyak kelapa sawit yang anak perusahaannya, PT. Inti Indosawit Subur, adalah anggota RSPO yang telah lama berkomitmen untuk mengembangkan sektor minyak sawit berkelanjutan di Indonesia.

Saat ini, seluruh perkebunan mereka di provinsi Sumatra Utara, Riau, dan Jambi telah disertifikasi RSPO. Pada tahun 2020, Asian Agri bersama dengan Apical dan perusahaan kimia dan kosmetik global Jepang, KAO, meluncurkan Program Smallholder Inclusion for Better Livelihood & Empowerment (SMILE) untuk membantu petani kecil swadaya dalam meningkatkan hasil panen dan mata pencaharian mereka.

Ia mengatakan, petani swadaya saat ini jumlahnya kurang dari 20% dari total petani swadaya yang tersertifikasi. SMILE merupakan kolaborasi multi-pemangku kepentingan yang dirancang untuk mengangkat petani sawit mandiri di Indonesia, dan mengamankan rantai pasokan minyak sawit berkelanjutan, melalui sertifikasi.

Baca Juga: MUTU International Dukung Industri Kelapa Sawit Raup Cuan Lewat Bursa CPO

“Dengan memanfaatkan pengalaman luas Asian Agri dalam kemitraan petani kecil, kami berharap dapat mendukung petani kecil mandiri yang menghadapi tantangan seperti kurangnya pengetahuan agronomi dan kurangnya akses terhadap pasar yang lebih besar. Hal ini juga merupakan bagian dari komitmen jangka panjang kami untuk membantu 5.000 petani swadaya mencapai Sertifikasi RSPO pada tahun 2030,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (9/11).

Di Indonesia, volume produksi Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) tumbuh menjadi 8,64 juta metrik ton pada tahun 2022, meningkat 2,9% dari tahun sebelumnya. Konsumsi CSPO juga meningkat, mencapai 318.400 metrik ton pada tahun 2022, naik 3,9% dari tahun sebelumnya. Dalam konsumsi domestik keseluruhan di Indonesia, serapan CSPO juga tumbuh dari 1,2% pada tahun 2021 menjadi 1,7% pada tahun 2022.

Deputi Direktur Transformasi Pasar RSPO, Indonesia, Mahatma Windrawan Inantha mengomentari kemajuan ini dan menekankan pentingnya kolaborasi dalam meningkatkan keberlanjutan sektor minyak sawit di Indonesia.

Pada tahun 2022, RSPO melindungi 362.000 hektar hutan dan kawasan konservasi, dengan Indonesia berkontribusi sebanyak 150.000 hektar atau 40% dari total kawasan konservasi RSPO. WWF, salah satu anggota pendiri RSPO, telah aktif mempromosikan produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan melalui berbagai program dan proyek di Indonesia.

Baca Juga: Bisnis Sertifikasi Bursa Karbon Menarik dan Terbuka Lebar

WWF juga bekerja untuk meningkatkan permintaan produk berkelanjutan dengan mendorong perusahaan untuk menggunakan minyak sawit berkelanjutan bersertifikat (CSPO) berdasarkan potensi pasar domestik Indonesia. Konsumen di kota-kota besar menunjukkan kecenderungan yang lebih tinggi untuk membeli produk berkelanjutan, tetapi ketersediaan produk CSPO masih terbatas di pasaran.

WWF Indonesia telah berkolaborasi dengan ribuan petani kelapa sawit untuk menerapkan praktik berkelanjutan, memungkinkan ratusan petani memperoleh sertifikat RSPO dan meningkatkan ketelusuran produk.

Pada tahun 2015, RSPO mengadopsi Prosedur Remediasi dan Kompensasi (RaCP) untuk mengatasi deforestasi masa lalu. Pada akhir tahun 2022, sejumlah kasus memerlukan Rencana Remediasi atau Rencana Kompensasi, dengan anggota RSPO di Indonesia menyumbang sebanyak 29% dari total 311 Rencana Kompensasi yang disetujui. Mereka telah melakukan remediasi seluas 69.804 hektar, yang jauh lebih besar dari luas DKI Jakarta.

Baca Juga: Pemerintah Lobi agar ISPO dan RSPO Diakui di UU Anti Deforestasi Uni Eropa

PT Bio Inti Agrindo (PT BIA), salah satu anggota RSPO, adalah contoh perkebunan yang menerapkan prosedur remediasi dan kompensasi untuk meningkatkan standar keberlanjutan. Mereka memiliki komitmen kuat terhadap tanggung jawab lingkungan, konservasi, dan pengembangan masyarakat.

RSPO akan menjadi tuan rumah Konferensi Meja Bundar Tahunan tentang Minyak Sawit Berkelanjutan (RT2023) pada 20-22 November 2023 di Jakarta. Konferensi ini akan memperingati Hari Jadi RSPO ke-20 pada April 2024 dengan tema ‘Mitra untuk 20 Tahun Berikutnya’.

Para ahli dari seluruh dunia akan berkumpul untuk membahas topik-topik penting seperti ketenagakerjaan, pendanaan iklim, ketertelusuran, dan banyak lagi, untuk meningkatkan pengembangan minyak sawit berkelanjutan secara global.

sumber: https://industri.kontan.co.id/news/rspo-tegaskan-komitmen-mengembangkan-industri-minyak-kelapa-sawit-berkelanjutan#google_vignette

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *