JAKARTA. Di saat kampanye hitam terhadap minyak sawit mentah menyebar di Eropa dan Amerika Serikat (AS), Rusia bisa menjadi pilihan ekspor bagi crude palm oil (CPO) negeri ini. Pilihan itu kian logis karena Rusia juga terkena sanksi ekonomi oleh AS dan Eropa sehingga harus mencari sumber energi alternatif lainnya
Indonesia harus agresif meningkatkan ekspor minyak sawit ke Negeri Beruang Merah tersebut. Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GMNI) Sahat Sinaga mengatakan penjajakan kerjasama di antara kedua negara sudah dimulai, baik di level pemerintah maupun di level pengusaha. Bahkan kedua negara telah menandatangani kerjasama ata wa memorandum of Cooperation (MoC) pada 3 Agustus 2017 lalu. “Ada enam poin penting yang kami sepakati dengan Rusia,” ujar Sahat kepada KONTAN, Minggu (6/8).
Poin pertama adalah mempromosikan dan mengembangkan penjualan CPO Indonesia ke Rusia. Poin kedua, tutur Sahat, adalah meningkatkan kerjasama di bidang investasi yang terkait dengan minyak sawit. Ketiga memfasilitasi kerjasama industri sehingga adan peningkatkan nilai tambah.
Keempat, mengadakan evaluasi secara berkala mengenai pengembangan ekspor CPO. Kelima, melakukan kampanye positif untuk minyak sawit untuk membendung kampanye negatif dari Barat. Poin terakhir atau keenam adalah membuat analisa pasar di Rusia dan bekas-bekas negara Uni Soviet terkait potensi pasar minyak sawit.
Sahat menjelaskan, untuk memperkuat kerjasama itu, kedua negara juga sepakat membentuk Russia-Indonesia Oil Alliance (“RIO Alliance). Lembaga yang bermarkas di Moskow, ibu kota Rusia ini akan bertugas memperluas pasar sawit Indonesia di Rusia dan negara-negara bekas Uni So\iet. RIO Alliance diharapkan dapat membuka pasar baru bagi ekspor minyak sawit asal Indonesia dengan skala yang lebih besar.
Pasar potensial
Indonesia memilih Rusia sebagai salah satu pangsa pasar minyak sawit yang prospektif lantaran memiliki jumlah penduduk yang cukup besar sekitar 150 juta jiwa dan pendapatan per kapitanya cukup besar. Selain itu, ekspor CPO Indonesia mulai meluas ke negara lain.
Dengan kerjasama ini, diharapkan ekspor minyak sawit ke Rusia bila terdongkrak 8% per tahun. Sebagai perbandingan tahun lalu ekspor sawit Indonesia ke Rusia 658.000 ton dan diharapkan pada tahun ini bisa melonjak menjadi 701.000 ton.
Menurut Sahat peningkatkan ekspor minyak sawit ke Rusia merupakan peluang baru mengingat Indonesia tengah dibendung di Eropa. Maklumlah, produk minyak nabati dari Eropa memang sulit bersaing dalam harga dengan aneka produk minyak sawit.
Fadhil Hasan, Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengatakan para pengusaha minyak sawit menyambut positif peningkatan kerjasama Indonesia dengan Rusia Menurut dia, kerjasama ini dapat menjadi kampanye tandingan dari sentimen negatif di Eropa. “Kerjasama dengan Rusia bisa meningkatkan promosi dan riset sehingga persepsi negatif terhadap sawit bisa berkurang,” ujar Fadhil.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menilai, Rusia merupakan mitra potensial untuk produk minyak sawit Indonesia. Apalagi, semua produk sawit Indonesia mulai dari penanaman sampai produksi hilir, telah mengikuti standar internasional. “Indonesia berkomitmen untuk memastikan penerapan prinsip-prinsip sustainability di segala aspek produk sawit di Indonesia,” klaim politisi dari Partai Nasdem itu.
Abdul Basith Bardan/Noverius Laoli
Sumber : Harian Kontan