Satu pohon sawit memiliki banyak ragam turunan dengan potensi industri yang menjanjikan dari segi bisnis, salah satunya gula merah sawit. Namun, agar bisa merumuskan inovasi sistem usaha gula merah sawit, khususnya di tingkat perkebunan rakyat, perlu dukungan berbagai pihak dan kalangan.
Direktur PPKS, Hasril Hasan Siregar menyampaikannya saat membuka Workshop Pengembangan Bisnis Gula Merah sawit Mendukung Peremajaan Perkebunan Kelapa sawit Rakyat 30-31 Juli 2018, di Avros Guest House Training Center Medan, Senin (30/7). Menurutnya, beberapa permasalahan masih belum terpecahkan terutama perkebunan swadaya dan perlu alternatif sumber pendapatan pasca-penumbangan batang sawit.
Dilanjutnya, teknologi akar rumput (grassroot technology) terkait pemanfaatan batang sawit telah tersedia di masyarakat, khususnya Sumatera Utara yakni hadirnya industri kecil gula merah sawit. “Namun usaha kecil ini cenderung tidak sustain di tingkat pekebunan. Karena itu, workshop ini dilakukan untuk mendapat masukan semua kalangan terkait alternatif pembiayaan peremajaan melalui bisnis gula merah sawit secara teknis, finansial, pemasaran, pembiayaan maupun kelembagaan.
Workshop dihadiri berbagai kalangan, yakni para petani (APKASINDO SAMADE, Binaan PTPN 3), SKPD (Balitbang, Dinas Perkebunan, Dinaskop UMKM), pelaku UMKM, dosen/akademisi, peneliti, perwakilan BUMN yakni Bank Mandiri dan Bank Sumut, dan unsur terkait. Usai workshop, juga dilakukan penandatanganan kerja sama antara Kelompok Tani APKASINDO Serdang Bedagai dengan oil palm Science Techno Park (OPSTP) dalam hal merumuskan inovasi sistem usaha gula merah di perkebunan rakyat untuk peremajaan.
Peneliti PPKS, Ahmad Gazali Sofwan Sinaga pada materinya Potensi Produk Inkubasi Gula Merah Sawit, memaparkan gula merah sawit tidak menyebabkan diabetes jika dibandingkan dengan gula putih. “Artinya berpotensi menggantikan gula putih untuk di pasaran. Harga gula merah sawit juga jauh lebih murah dibandingkan gula putih.
Karena itu, ada terobosan baru untuk menggantikan gula putih, yakni gula merah sawit dijadikan butiran gula semut agar bisa menjadi dipasarkan di perhotelan,” paparnya.
Ketua Koperasi Karyawan RISPA, Bagus Giri Yudhanto turut memberikan paparan bahwa potensi itu sejalan dengan tren konsumsi gula pasir dan gula merah yang meningkat 2015-2017. “Konsumsi gula ini meningkat namun terdapat beberapa tantangan bisnis gula sawit, di antaranya bahan baku terkait kesinambungannya, peralatan teknologi, permodalan terkait biaya produksi relatif tinggi, dan lain-lain,” ujarnya.
Gus Dalhari Harahap dari APKASINDO Sumut menambahkan, upaya-upaya itu membutuhkan dukungan seluruh stakeholder. “Kalau bisa dibuat forum discussion group (FGD) dan diberikan masukan ke provinsi,” tambahnya.
Sumber: Analisa