Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) merilis data penurunan kinerja ekspor sawit sampai empat bulan pertama tahun ini. Penyebabnya adalah turunnya permintaan dari negara pembeli utama seperti Tiongkok, India, dan Uni Eropa.
Tergerusnya volume berdampak kepada nilai ekspor yang merosot menjadi US$ 7,04 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar US$ 8,06 miliar.
Joko membeberkan kinerja ekspor sawit kurang memuaskan karena rendahnya pembelian sawit negara-negara tujuan utama pada April 2018 dari lndonesia khususnya China, India, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Pada April 2018, volume ekspor minyak sawit total termasuk biodiesel, oleofood dan oleochemical membukukan penurunan sebesar 5 persen atau dari 2,53 juta ton.
Sepanjang 2018, China membukukan penurunan impor minyak sawit sebesar 38 persen atau dari 379,98 ribu ton pada Maret tergerus menjadi 234,42 ribu ton pada April. Penurunan impor oleh Negeri Tirai Bambu ini karena para traders sedang menunggu regulasi baru yang akan diterapkan terkait dengan pajak impor minyak nabati.
“Dikabarkan bahwa pemerintah China efektif pada 1 Mei 2018 akan menurunkan tarif impor minyak nabati yang semula 11 persen menjadi 10 persen. Selain itu China juga telah memberlakukan pengetatan pengawasan atas impor minyak nabati,” imbuhnya.
Ekspor minyak sawit lndonesia ke lndia pun tergerus sejak Maret 2018. Pada April lni ekspor minyak sawit lndonesia ke india tergerus 15 persen, dari 408,65 ribu ton di Maret menjadi 346,28 ribu ton.
Secara yoy, caturwulan pertama ekspor ke India tergerus 24 persen. Ekspor ke india tercatat berkurang 570,85 ribu ton atau dari 2,37 juta ton Januari-April 2017 menurun 1,80 juta ton periode yang sama 2018.
Danang Girindrawardana, Direktur Eksekutif GAPKI, menjelaskan rendahnya kinerja ekspor sawit karena fenomena yang tidak lazim, karena biasanya menjelang Ramadhan permintaan minyak sawit oleh lndia meningkat. “Tetapi tidak di kuartai pertama tahun 2018 lni. Mungkin akibat pemberlakukan tarif impor tinggi oleh lndia.”
Uni Eropa membukukan penurunan impor sebanyak 17 persen atau dari 461,24 ribu ton di Maret melorot menjadi 385,10 ribu ton pada April. Penurunan impor minyak sawit oleh Uni Eropa dipengaruhi oleh stok minyak rapeseed mereka dan berbagai aksi kampanye negatif terhadap minyak sawit. Impor minyak sawit Uni Eropa di caturwulan pertama 2018 telah tergerus 312,19 ribu ton atau sekitar 16 persen dibandingkan periode yang sama 2017, daro 1,90 juta ton turun menjadi 1,59 juta ton.
Ekspor minyak sawit Indonesia ke Amerika serikat pada April ini mencatatkan volume 62,16 ribu ton atau turun 42 persen dibandingkan Maret lalu yang mencapai 106,57 ribu ton. Menurunnya impor Negeri Paman Sam ini dikarenakan stok kedelai yang tinggi di dalam negeri sebagai akibat dari retaliasi China terhadap AS yang menerapkan pajak tinggi pada produk-produk yang diimpor dari China sehingga China saat ini membalas dengan tarif tinggi terhadap impor kedelai dari AS.
Sumber: Sawitindonesia.com