Dialog bertajuk “Sawit Menjawab Kebutuhan Gizi dan Persoalan Kesehatan” yang digelar Majalah Sawit Indonesia di Jakarta pada Rabu (6/3) itu, tergolong singkat, hanya sekitar 2,5 jam.

Tapi itu justru sudah lebih dari cukup untuk mengungkap kalau pada minyak kelapa sawit ternyata banyak kandungan gizi yang bisa diambil. Dan ini bisa mengatasi persoalan gizi buruk dan stunting yang terjadi di Indonesia.

Ada empat pembicara yang mengulik apa dan seperti apa minyak sawit pada acara yang disupport oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPK) itu.

Mereka antara lain, Prof. Nuri Andarwulan (Direktur SEAFAST IPB), Dr.Darmono Taniwiryono (Ketua Umum MAKSI), Sahat Sinaga (Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia) dan Direktur Gizi Kementerian Kesehatan RI, Doddy Izwardy.

Prof. Nuri Andarwulan memastikan bahwa minyak sawit mengandung karoten (Vitamin A), tokoferol dan tokotrienol (Vitamin E) yang sangat tinggi. Lantaran itu pula minyak sawit juga mengandung zat antioksidan. “Dibandingkan minyak kedelai, kandungan tokotrienol minyak sawit dua kali lebih banyak,” ujarnya.

Lalu pada minyak sawit juga kata Nuri terdapat kandungan omega 9 yang berfungsi untuk membangun dinding sel dan membran sel tubuh.

Satu hal yang orang tak banyak tahu kata Nuri, bahwa susu formula itu mengandung campuran spesifik lemak nabati yang berasal dari minyak sawit untuk meniru kandungan asam lemak jenuh (SFA), asam lemak tak jenuh rantai tunggal (MFA), dan asam lemak tak jenuh rantai jamak (PUFA) pada ASI3.

“Kami berharap kelapa sawit dapat menjadi solusi untuk mengatasi stunting. Makanya Kementerian Kesehatan berharap ada produk olahan kelapa sawit yang menghasilkan vitamin A,” pinta Doddy.

Sahat sepakat dengan permintaan Doddy itu, bahwa asupan vitamin A pada minyak sawit bisa menanggulangi masalah stunting di Indonesia.

Salah satunya tentu memanfaatkan minyak sawit merah alami yang disodorkan oleh kalangan peneliti di Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI).

Darmono Taniwiryono sempat bercerita tentang pengalamannya sewaktu di Afrika. Di sana ada tradisi makanan olahan minyak sawit merah sejak 5.000 tahun silam dengan teknik ekstraksi sederhana.

“Nah, di Indonesia, minyak sawit merah alami yang kaya nutrisi itu belum termanfaatkan secara maksimal. Kalau itu dimaksimalkan, peluang kita untuk mengatasi persoalan kekurangan gizi akan sangat besar, termasuk mengatasi permasalahan stunting tadi,” katanya.

Di Indonesia kata Darmono, minyak sawit merah alami bisa dipakai sebagai campuran minyak makan pada berbagai tingkat persentase. “Saat ini sudah ada minyak sawit merah yang bisa dipakai untuk makanan olahan dan pakan ternak,” ujar lelaki yang juga Direktur Utama PT Nutri Palma Nabati.

Sumber: Gatra.com