Delegasi Uni Eropa yang terdiri dari delapan perwakilan negara berkunjung ke Jambi pada 16-18 April 2018. Delegasi dipimpin Vincent Guerend, Duta Besar Uni Eropa Untuk Indonesia. Negara yang datang antara lain Austria, Denmark, Jerman, Swedia, Irlandia, Polandia, Belanda, dan Inggris.

Melalui kegiatan ini diharapkan delegasi menerima informasi mengenai kontribusi sawit dari tiga aspek yaitu sosial/ekonomi, smallholder, dan lingkungan (sustainability).

Leonard Felix Hutabarat, Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa, menjelaskan kunjungan resmi negara-negara Uni Eropa baru pertama kali diadakan dengan melibatkan kementerian terkait antara lain Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, dan perusahaan swasta seperti Asian Agri.

“Kami sudah mensurvei daerah lain seperti Riau, Sumatera Utara, Jambi, dan Kalimantan. Pada akhirnya kami pilih Jambi lantatan memenuhi tiga aspek tadi,”tambahnya

Sebelumnya, apabila ada kunjungan hanya diadakan perwakilan masing-masing kedutaan besar ke perkebunan swasta untuk melihat aspek tertentu.

“Kunjungan bersama perwakilan sembilan negara Uni Eropa baru yang pertama kali. Kalaupun ada, mereka datang sendiri ke daerah seperti Sumatera Utara dan Riau,” kata Leonard saat berbincang bersama media, Senin (16 April 2018).

Ada tiga alasan dipilihnya Jambi sebagai daerah kunjungan delegasi negara Uni Eropa. Pertama, kata Leonard, adanya kerjasama riset negara Uni Eropa khususnya Uni Eropa CRC 990 antara Gottingen University, Universitas Tadulako, Universitas Jambi, dan Institut Pertanian Bogor. ” Kemenristedikti mengakui program penelitian ini yang paling terintegrasi karena melibatkan peneliti Jerman. Versi (teknologi) sudah internasional,” kata Leonard.

Pertimbangan kedua adalah keberadaan PTPN VI yang menggambarkan kemitraan dengan smallholder. ” Kebetulan ada PTPN VI yang komplit menjalankan kemitraan. Ini merepresentasikan BUMN kita,”tambahnya.

Alasan ketiga terpilihnya Jambi karena pemerintah juga mencari private sector yang kuat riset, mengikuti sertifikasi ISPO serta internasional, dan juga menjual produknya ke negara lain. Menurut Leonard, salah satunya terdapat Asian Agri yang memenuhi kriteria tersebut.

“Selain itu, kami juga mencari provinsi yang PAD (red-pendapatan asli daerah) yang kontribusinya sebagian besar dari sawit,” kata Leonard.

Kerjasama ini mendapatkan dukungan dari Kementerian Keuangan, Kementerian Luar Negeri, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, dan mitra kami seperti Asian Agri, pemprov Jambi, dan PT REKI.

Vincent Guerend, Duta Besar EU untuk Indonesia mengapresiasi kunjungan ini karena delegasi mendapatkan informasi langsung dari lapangan. “Kami paham kelapa sawit sangat penting bagi Indonesia. Negara Uni Eropa punya concern terhadap aspek sustainability,” jelasnya.

Pada hari pertama, 16 April 2018, delegasi mengunjungi PT Inti Indosawit Subur (IIS), anak usaha Asian Agri ke perkebunan sawit, koperasi petani, dan pembangkit biogas.

Hari kedua, 17 April 2018, delegasi mendatangi sejumlah tempat yaitu perkebunan PTPN VI, CRC Climate Tower, dan Desa Bungku.

Pada hari ketiga, 18 April 2018, kegiatan dilanjutkan ke Hutan Harapan (PT REKI) dan berdialog dengan komunitas masyarakat adat Batin Sembilan.

 

Sumber: Sawitindonesia.com