Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan meminta untuk lembaga swadaya masyarakat (SDM) turut terlibat dalam menentang pelarangan komoditas kelapa sawit ke Uni Eropa. Padahal, kelapa sawit merupakan komoditas ekspor utama Indonesia.
Menurut Luhut, keberlangsungan industri kelapa sawit ini melibatkan kehidupan 20 juta petani Indonesia. Jadi bukan hanya persoalan lingkungan saja.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan meminta untuk lembaga swadaya masyarakat (SDM) turut terlibat dalam menentang pelarangan komoditas kelapa sawit ke Uni Eropa. Padahal, kelapa sawit merupakan komoditas ekspor utama Indonesia.
Menurut Luhut, keberlangsungan industri kelapa sawit ini melibatkan kehidupan 20 juta petani Indonesia. Jadi bukan hanya persoalan lingkungan saja.
Dia menjelaskan, dengan melawan diskriminasi Uni Eropa terhadap komoditas kelapa sawit, bukan berarti pemerintah mengabaikan isu lingkungan hidup. Kata dia, pemerintah pun terus berupaya melakukan perbaikan lingkungan hidup, terlihat dari pembenahan sungai Citarum.
Di sisi lain, terkait kebutuhan penggunaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit menurutnya jauh lebih sedikit ketimbang komoditas kedelai. Di mana kelapa sawit hanya membutuhkan 1 hektare (ha) lahan untuk memproduksi 1 ton minyak nabati, sedangkan kedelai membutuhkan 10 ha untuk 1 ton minyak nabati.
“Lalu juga sudah ada 14 juta ha (kelapa sawit) yang sudah moratorium, jadi tidak akan ada lagi pembukaan lahan baru,” katanya.
Dia menjelaskan, pemerintah juga tengah berupaya mengendalikan antara suplai dan permintaan kelapa sawit, sehingga diharapkan semakin meningkatkan harga komoditas ini di sekitar USD800-USD900 per ton. Selain itu, pemerintah mendorong produktivitas melalui program replanting yang kini tengah dijalankan, juga dengan meningkatkan kualitas bibit.
Peningkatan produktivitas yakni dari saat ini sekitar 1-5 ton per ha menjadi 6-9 ton per ha dalam 5-10 tahun mendatang. “Maka itu semua akan berdampak pada keuntungan petani,” katanya.
Luhut menyatakan, peningkatan produksi dan nilai tambah dari kelapa sawit ini pun akan berdampak pada ketahanan perekonomian Indonesia. Di mana membantu menekan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD)
“Kita juga tidak mau tergantung pada impor (minyak). Karena akan bisa 20%, 30%, hingga 100% (minyak kelapa sawit) kita convert menjadi energi. Teknologi sudah ada,” tutupnya.
Sumber: Okezone.com