Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di pasar dunia mulai merangkak naik. Kondisi ini dipicu berkurangnya stok minyak sawit di Indonesia dan Malaysia juga minyak nabati lain di beberapa negara produsen.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Mukti Sardjono mengatakan, menggeliatnya harga CPO dunia ini sejatinya sudah dimulai pada awal Februari lalu.
Menurut Mukti, terjadi kenaikan harga rata-rata bulanan sebesar 5% atau dari USD530,70 per metrik ton (MT) pada Januari meningkat menjadi USD556,50 per MT. Sepanjang Februari, harga CPO global bergerak di kisaran USD542,50-572,50 per metrik ton.
“Kenaikan harga CPO global ini didorong oleh berkurangnya stok minyak sawit di Indonesia dan Malaysia, juga minyak nabati lain di beberapa negara produsen,” kata Mukti dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (2/4).
Namun, kinerja ekspor CPO dan produk turunannya, (biodiesel dan oleochemical) pada Februari turun lebih dari 11% di bandingkan dengan bulan sebelumnya atau dari 3,25 juta ton pada Januari tergerus menjadi 2,88 juta ton pada Februari.
Penurunan volume ekspor ini, lanjutnya, disebabkan antara lain karena jumlah hari pada Februari lebih pendek dari pada Januari. Sementara itu, khusus volume ekspor CPO, minyak inti sawit (palm kernel oil/PKO) dan turunannya (kecuali oleochemical dan biodiesel) turun hampir mencapai 11%, atau dari 3,1 juta ton pada Januari melorot menjadi 2,77 juta ton pada Februari.
Total ekspor Februari terdiri atas CPO sebanyak 852.300 ton dan sisanya adalah produk turunannya. Negara-negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia, khususnya CPO dan produk turunannya yang turun signifikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya adalah Amerika Serikat 48%, Pakistan 41%, China 22%, Afrika 16%, dan India 14,5%.
Sebaliknya, negara tujuan lain ekspor minyak sawit Indonesia khususnya CPO dan produk turunannya yang justru mencatatkan kenaikan permintaan dibandingkan bulan sebelumnya adalah Uni Eropa 27% dan Bangladesh 8%.
Pada akhir Februari 2019, stok minyak sawit Indonesia tercatat sebesar di 2,50 juta ton atau turun 17% dibandingkan Januari lalu sebesar 3,02 juta ton. Sementara itu, harga referensi produk CPO untuk penetapan bea keluar (BK) periode April 2019 adalah USD568,12 per MT.
Harga referensi tersebut turun 4,67% atau USD27,86 dari periode Maret 2019 yang tercatat sebesar USD595,98 per MT. Penetapan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor26/2019 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor (HPE) atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang Dikenakan Bea Keluar.
“Saat ini harga referensi CPO tetap berada pada level di bawah USD750 per MT. Untuk itu, pemerintah mengenakan BK CPO sebesar USD 0/MT untuk periode April 2019,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan di Jakarta pekan lalu.
BK CPO untuk April 2019 tercantum pada Kolom 1 Lampiran II Huruf C Peraturan Menteri Keuangan No 13/PMK. 010/2017 sebesar USD0 per MT. Nilai tersebut sama dengan BK CPO untuk periode Maret 2019. Sementara itu, harga referensi biji kakao pada April 2019 sebesar USD2.228,03 per MT turun 0,61% atau USD13,73 dari bulan sebelumnya yaitu sebesar USD2.241,76 per MT.
Hal ini berdampak pada penetapan HPE biji kakao pada April 2019 menjadi USD1.947 per MT turun 0,71% atau USD14 dari periode bulan sebelumnya, yaitu sebesar USD1.961per MT. Penurunan harga referensi dan HPE biji kakao disebabkan melemahnya harga internasional.
Penurunan ini tidak berdampak pada BK biji kakao yang tetap 5%. Sementara untuk HPE dan BK komoditas produk kayu dan produk kulit tidak ada perubahan dari periode bulan sebelumnya.
Sumber: Okezone.com