Indonesiainside.id, Jakarta – Pelaku industri kelapa sawit dalam negeri harap-harap cemas terhadap dampak penyebaran virus corona (Covid-19) yang tak kunjung selesai. Pasalnya jika pandemi Covid-19 terus terjadi, industri sawit diperkirakan hanya mampu bertahan hingga Juli 2020 mendatang.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kanya Laksmi Sidharta mengatakan, ekspor sawit diperkirakan turun akibat wabah Covid-19. “Meskipun dalam proses produksi menjadi dilematis buat kita karena ini tanaman jangka panjang dan produksi akan terus berjalan,” ungkap Kanya dalam sebuah diskusi virtual, Ahad (26/4).
Dia mengatakan, dalam menjalankan usaha di perkebunan kelapa sawit perusahaan selalu menerapkan protokol kesehatan. “Sehingga produksi sawit petani sebisa mungkin tidak berhenti dan otomatis panen terus kita serap,” ujar dia.
Selain itu, pemyerapan sawit akan berlanjut ke sektor lainnya yaitu pengolahan di pabrik kelapa sawit (PKS), refinery dan produk turunan. Dia menjelaskan, penyerapan sawit dalam negeri kebanyakan untuk pangan dan personal care seperti sabun, sampo adan alat pembersih rumah tangga.
“Kita bicara penyerapan dalam negeri relatif aman, walaupun ada penambahan permintaan dalam negeri ke sektor energi yakni untuk biodiesel. Tapi dengan kondisi ini juga penyerapan biodiesel relatif menurun saat ini,” ujar Kanya
Menurut dia, masalah terbesar terkait pasar ekspor minyak sawit dan ini saat ini tengah mencari solusinya. Meski satu hingga dua bulan ini tidak terlalu besar penurunan ekspor sawit. “Tetapi ini berlanjut terus menerus hingga dua bulan ke depan mulai kualahan juga kita,” ujarnya.
Karena, lanjut dia, tangki timbun hasil olahan sawit sudah hampir penuh. “Dua atau tiga bulan ke depan kita tidak mengetahui seperti apa industri sawit ini,” ujar Kanya.
Gapki mencatat penurunan ekspor selama Januari sampai Februari 2020 cukup signifikan, yakni mencapai 20 persen dibandingkan realisasi pada 2019 lalu. Pada Januari, volume ekspor tercatat berjumlah 2,39 juta ton, sementara pada Februari sebesar 2,53 juta ton. (MSH)
Sumber: Indonesiainside.id