InfoSAWIT, JAKARTA – Merujuk Benefit Cost Analysist, dilihat dari sisi biaya diantaranya menyangkut biaya legalisasi lahan pekebun sawit swadaya, subsidi bibit unggul bersertifikat, subsidi pupuk, pendampingan penerapan teknik  perkebunan berkelanjutan, sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), insentif PKS yang bermitra dengan pekebun sawit swadaya, insentif BU BBN yang membeli CPO dari PKS yang bermitra dengan pekebun sawit swadaya.

Sementara dari sisi manfaat, terdapat pengurangan anggaran Jaminan sosial, pengurangan anggaran mitigasi bencana lingkungan, pengurangan anggaran program, penurunan emisi GRK dan peningkatan produksi TBS sawit.

 

Dikatakan Ricky Amukti dari Traction Energy Asia, merujuk dari hasil Analisa Biaya Manfaat, maka total biaya yang dibutuhkan untuk menempatkan pekebun sawit swadaya dalam rantai pasok Biodiesel adalah Rp 210.997.994.300 atau Rp 21.099.799 /pekebun sawit swadaya.

Sementara total manfaat yang diperoleh melalui penempatan pekebun sawit swadaya dalam rantai pasok Biodiesel adalah sebesar Rp 394.388.950.000 atau Rp 39.438.895/pekebun sawit swadaya. “Hasil rasio manfaat terhadap biaya prorgam ini adalah 1,87 sehingga program dapat dilaksanakan,” tutur Ricky.

Melibatkan pekebun sawit swadaya dalam rantai pasok biodiesel faktanya juga bisa menguntungkan banyak pihak, baik itu pekebun sawit swadaya itu sendiri, pemerintah bahkan produsen biodiesel.

Bagi pekebun sawit swadaya manfaat yang didapat yakni ada kepastian pasar untuk buah sawit pekebun sawit swadaya. Lantas, harga jual yang lebih baik karena buah sawit dijual langsung ke perusahaan, dibandingkan bila dijual ke pengepul. “Kerjasama perusahaan diharapkan dapat memberikan bantuan bibit sawit unggul dan pupuk kepada pekebun untuk meningkatkan hasil panen,” tandas dia. (T2)

 

 

Sumber: Infosawit.com