Riau – PT Siak Prima Sakti (SPS), grup Wilmar menggelar program tahunan Hari Petani Wilmar (Wilmar Farmer\’s Day) untuk meningkatkan kemampuan petani sawit swadaya dalam mengelola kebun dan meningkatkan produktivitasnya.

Program tersebut berisikan penerapan terbaik (best practice) teknis budidaya Sawit, seperti teknik pengambilan sampling tanah dan daun untuk pemupukan, pengenalan unsur hara, pengendalian hama penyakit, dan praktikla-pangan (field class room).

Menurut Manager Humas Human Resource PT Siak Prima Sakti Beni Safari, pendampingan para petani mitra perusahaan tidak berhenti hingga mereka memperoleh sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), tetapi juga dilanjutkan dengan program pendampingan petani swadaya, dalam pengelolaan budidaya kelapa sawit terbaik.

Selain menggelar pelatihan rutin, perusahaan juga I memberikan rekomendasi pemupukan, sebagai pedoman bagi petani dalam – menentukan dosis dan aplikasi yang tepat sesuai kebutuhan tanaman.

“Petani perlu mengadopsi metode dan teknik terbaik untuk meningkatkan hasil panen,” ujar Beni.

Hari Petani Wilmar tersebut digelar pada 14 – 15 Januari 2020 di wilayah dua koperasi petani mitra Wilmar di Kabupaten Siak, Riau, yaitu Koperasi Sekato Jaya Lestari dan Tinera Jaya. Keduanya juga dibawah pendampingan PT Permodalan Siak (PERSI), yang merupakan badan usaha milik Pemerintah Kabupaten Siak.

Menurut Ketua Koperasi Tinera Jaya Suhailis, acara tersebut sangat bermanfaat karena memberikan tambahan informasi dan pengetahuan kepada petani mengenai cara berkebun yang lebih profesional, termasuk administrasi dan perencanaannya.

Selamaini, petani berkebun dengan cara konvensional, padahal untuk memperoleh hasil yang lebih baik, petani perlu melakukan terobosan. “Perlu ada pihak yang mendampingi petani agar dapat mengetahui metode yang lebih baik dalam berkebun,” kata Suhailis.

Dia menilai, pelatihan untuk menambah pengetahuan petani sawit sangat penting guna meningkatkan kesadaran mereka mengenai budidaya yang baik dan benar. Langkah tersebut juga sebagai upaya menjawab kampanye negative sawit yang sedang hangat di dunia internasional.

Senada dengan Suhailis, Ketua Koperasi Sakato laya Lestari loasa berharap.!, ara berkebun yang baik dan benar akan berujung pada peningkatan produktivitas kelapa sawit, sehingga kesejahteraan petani meningkat.

Hingga saat ini, produktivitas kebun kelapa kebun sawit petani ada yang masih rendah “sehingga memerlukan pendampingan. “Dalam acara ini, kami membahas masalah-masalah dalam budidaya dan berusaha menemukan pemecahannya,” tutur Joarsa.

Sebelumnya juga Tiga koperasi petani kelapa sawit petani swadaya mitra Wilmar kembali menerima sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Ketiga koperasi tersebut adalah Koperasi Tinera Jaya di Siak – Riau, KUD Panca Jaya di Rokan Hilir – Riau, dan Koperasi Perkasa Nalo Tan-tan di Merangin – Jambi.

Ketua Koperasi Tinera Jaya, Suhailis mengatakan, pihaknya memang sudah menantikan penyerahan sertifikat tersebut untuk membuktikan bahwa kelapa sawit yang diproduksi sudah memenuhi standar keberlanjutan. Dengan pendampingan Wilmar, pihaknya mengetahui cara mengelola kebun secara profesional dan sesuai standar berkelanjutan.

“Kami sadar bahwa untuk menjawab kampanye negatif di luar adalah dengan praktikpengelolaan kebun sang berkelanjutan,” ujar Suhailis saat menerima sertifikat ISPO di Malang, Jawa Timur.

Lebih lanjut, menurut Suhailis, proses sertifikasi selama delapan bulan dapat dilalui dengan lancar. Saat ini, Koperasi Tinera Jaya yang beranggotakan 225 petani swadaya mengelola lahan kebun kelapa sawit seluas 611,4 hektare (ha).

Pihaknya berharap, dengan pengelolaan kebun yang lebih baik juga dapat meningkatkan produktivitas sehingga tidak perlu memperluas areal kebun. Produksi rata-rata tandan buah segar (TBS) anggota koperasi saat ini 2 ton per ha per bulan.

Selain program pembinaan dan pendampingan oleh Wilmar, Koperasi Tinera Jaya juga memperoleh pendampingan dari PT Permodalan Siak (Persi), sebagai kepanjangan tangan pemerintah daerah, dalam hal pengelolaan kebun dan bantuan permodalan.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Koperasi Nalo Tantan Nita Trisnawati menambahkan, pihaknya memperoleh banyak manfaat dari pendampingan karena dapat mengatasi sejumlah kendala yang dihadapi dalam memenuhi persyaratan sertifikasi.

Awalnya memang cukup berat, tetapi dengan pendampingan dari Wilmar, pihaknya mampii menyelesaikan proses sertifikasi yang berlangsung enam bulan.

 

Sumber: Harian Ekonomi Neraca