Pergerakan harga minyak sawit terus melaju di bursa komoditas. Pada Jumat kemarin, minyak kelapa sawit berjangka di Bursa Malaysia menguat karena kekhawatiran pedagang atas pasokan dan kuatny permintaan yang solid. Alhasil, harga minyak sawit dapat melampaui harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT), bursa perdagangan komoditas berjangka di Amerika Serikat.
Kontrak minyak sawit untuk pengiriman Februari melonjak 1,5% selama sesi Jumat sebesar RM 2.858/mt (US$685,37/mt) – level tertinggi sejak 15 September 2017 dan naik 33% sejak awal Oktober.
“Minyak sawit bergerak naik karena para pedagang memperkirakan produksi akan lebih rendah dan ingin menutupi kekurangan,” kata seorang pialang, menambahkan bahwa perdagangan sekarang memandang MYR3, 000 / mt sebagai target berikutnya.
Sementara itu, kontrak minyak kedelai untuk pengiriman Januari pada CBOT diperdagangkan pada 30,78 ct/lb ($ 678,59 / mt) pada saat pers, naik hampir 1% dari pembukaan Jumat dan naik 6,5% sejak awal Oktober.
Kalangan pedagang khawatir dengan pasokan minyak sawit di pasar global karena pertumbuhan produksi di produsen utama Indonesia dan Malaysia dihambat masalah cuaca kering tahun ini Kebijakan mandatori biodiesel di kedua negara akan berdampak pula kepada suplai. Itu sebabnya, pedagang berebut pasokan untuk menutupi kekurangan mereka. mandat biodiesel mereka dari awal tahun depan, memaksa pedagang berebut untuk menutupi celana pendek.
“Perdagangan minyak kedelai di CBOT menghadapi ketidakpastian perang dagang antara Amerika dengan Tiongkok,” ujar Sathia Varqa, Co-founder Palm Oil Analytics seperti dilansir dari Agricensus.
Kendati demikian, harga minyak kedelai dari Argentina tetap lebih tinggi dari CPO. Harga soy oil Argentina untuk pengiriman Januari dihargai pada premium 1,9 ct / lb untuk CBOT futures, atau setara dengan US$720,5/mt FOB. Menguatnya harga karena permintaan yang kuat dari pembeli India dan Cina karena mereka berusaha untuk membeli lebih banyak soyoil.
“Minyak kelapa sawit berjangka sekarang lebih mahal. Tapi di pasar FOB, soy oil masih rajanya,” kata seorang trader.
Sumber: Sawitindonesia.com