Jakarta, GIMNI.ORG – Industri kelapa sawit Indonesia berada di ambang peluang ekonomi besar seiring meningkatnya permintaan global terhadap sawit bebas deforestasi. Tidak hanya dari Uni Eropa melalui European Union Deforestation Regulation (EUDR), tetapi juga dari pasar besar seperti China dan India.
Menurut Hedi M. Idris, Perencana Ahli Utama Bappenas, 98% perkebunan sawit Indonesia telah memenuhi standar bebas deforestasi internasional. Jika dikelola dengan baik, potensi pendapatan dari sawit berkelanjutan ini bisa mencapai Rp279 triliun per tahun.
Physical traceability : Kunci Keberhasilan
Hedi menekankan pentingnya physical traceability untuk memastikan sawit tidak berasal dari lahan deforestasi. Sistem seperti IRCAPOB dapat digunakan untuk memenuhi ekspektasi pasar global dengan mekanisme yang sederhana namun efektif. Keterbukaan data produksi dan transaksi juga diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan pembeli internasional dan kepatuhan fiskal.
Manfaat untuk Petani dan Keberlanjutan
Program sawit bebas deforestasi tidak hanya menguntungkan sektor hilir dan ekspor, tetapi juga petani swadaya. Dengan pengelolaan yang baik, petani dapat mengakses pembiayaan lebih mudah, meningkatkan produktivitas, dan mencapai living income. Kolaborasi lintas sektor dan penguatan komunitas hilir menjadi kunci keberhasilan program ini.
Tantangan dan Harapan
Meski peluang besar terbuka, tantangan seperti tata kelola buruh, pemantauan rantai pasok, dan kepatuhan pajak tetap ada. Hedi berharap masukan dari akademisi, praktisi, dan lembaga terkait dapat menyempurnakan implementasi program ini.
Dengan ketelusuran fisik dan tata kelola yang baik, Indonesia berpeluang t
tidak hanya meraup keuntungan ekonomi, tetapi juga menjadi pemimpin global dalam industri sawit berkelanjutan.