EKSPOR CPO
Pada Juli 2025, produksi minyak sawit mentah (CPO) Indonesia mencapai 5,1 juta ton, mendorong nilai ekspor sawit naik signifikan meski harga komoditas global fluktuatif. Pasar utama—India, Tiongkok, dan Uni Eropa—tetap menjadi tulang punggung permintaan, sementara kebijakan biodiesel domestik memperkuat pangsa pasar dalam negeri.

Produksi CPO Meningkat

Produksi CPO di seluruh Indonesia pada Juli 2025 tercatat sebesar 5,1 juta ton, naik 3,8% dibandingkan Juni. Lonjakan ini didorong oleh musim panen puncak di Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah, serta perbaikan infrastruktur jalan panen yang mempersingkat waktu angkut tandan buah segar (TBS).

Nilai Ekspor Sawit Tetap Menguat

Pada periode yang sama, nilai ekspor CPO dan produk turunannya mencapai US$3,2 miliar, tumbuh 5,5% secara year-on-year. Kenaikan ini terlihat seiring peningkatan harga internasional di kisaran US$850 per ton, didorong kekhawatiran suplai global yang ketat akibat cuaca ekstrem di produsen utama lain.

DATA EKSPOR JULI SAWIT 2025

Pasar Ekspor Utama

  • India: Menyerap 27% ekspor CPO, didorong peningkatan konsumsi minyak goreng dan biodiesel campuran B10–B15.

  • Tiongkok: Peningkatan impor CPO sebesar 12% year-on-year, terutama untuk industri makanan olahan dan kosmetik.

  • Uni Eropa: Pasokan CPO stabil meski regulasi keberlanjutan semakin ketat; ekspor produk oléochemical mencatat pertumbuhan 8%.

Kebijakan Domestik Penguat

Program B30 biodiesel yang diwajibkan pemerintah berhasil menyerap 2 juta kiloliter minyak sawit sebagai bahan bakar campuran, memperkuat industri hilir nasional dan mengurangi ketergantungan impor minyak nabati. Kebijakan ini juga menstabilkan harga TBS di tingkat petani, mendorong peningkatan produksi CPO.

Tantangan dan Peluang

Tantangan:

  • Fluktuasi harga global akibat dinamika geopolitik dan kebijakan intervensi stok di negara produsen lain.

  • Regulasi sertifikasi keberlanjutan (RSPO, ISCC) untuk mempertahankan akses pasar Uni Eropa dan Amerika Utara.

Peluang:

  • Pengembangan produk turunan (oleochemicals, lipstik, sabun) dengan nilai tambah tinggi.

  • Ekspansi pasar di Amerika Latin dan Afrika melalui perjanjian perdagangan bebas.

Strategi Optimalisasi

  1. Peningkatan Produktivitas Kebun: Adopsi teknologi smart farming dan renovasi tanaman tua.

  2. Diversifikasi Produk: Ekspansi ke oleochemical dan biopropelan.

  3. Sertifikasi Berkelanjutan: Percepatan penerapan RSPO dan ISCC untuk menembus pasar Eropa dan AS.

Indonesia sebagai produsen CPO terbesar dunia siap memanfaatkan momentum Juli 2025 untuk memperkuat posisi di pasar global sambil meningkatkan nilai tambah komoditas sawit demi kesejahteraan petani dan pertumbuhan industri hilir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *