Pengembangan industri hilir sawit sangat penting untuk diterapkan karena keberadaan industri hilir sawit akan mendorong tumbuhnya konsumsi domestik sehingga Indonesia bisa mendapatkan nilai lebih dari bahan baku sebelum diekspor ke luar negeri.
“Sebab itu, dibutuhkan strategi bersama, yang dapat mendorong terjadinya pertumbuhan industri minyak sawit dengan meningkatkan konsumsi domestik melalui pengembangan industri hilir dan peningkatan devisa negara di masa depan,” ujar Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga, dalam Diskusi Sawit Berkelanjutan bertema Sukses Bersama Minyak Sawit Berkelanjutan di Jakarta, Kamis (25/10/2018)
Menurutnya, sinergi antar pemangku kepentingan juga menjadi kunci sukses bersama demi menyuplai kebutuhan minyak nabati dunia. “Minyak sawit Indonesia telah menjadi primadona minyak nabati dunia dimana kebutuhan konsumsi dunia termasuk Indonesia akan terus meningkat setiap tahunnya sejalan dengan pertumbuhan populasi dunia,”kata Sahat,
Pentingnya keberadaan minyak sawit berkelanjutan di Indonesia, menurut Sahat, harus mendapatkan apresiasi dari dunia internasional agar pembangunan minyak sawit berkelanjutan, menjadi keniscayaan bagi terwujudnya minyak nabati global yang sustainable.
Upaya mempromosikan produk sawit berkelanjutan Indonesia ke dunia internasional telah dilakukan melalui Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO
Direktur RSPO Indonesia, Tiur Manurung menyatakan keberadaan RSPO sebagai bagian dari kekuatan produsen Indonesia dalam menghasilkan produksi minyak sawit. Menurutnya, RSPO turut memperjuangkan keberadaan minyak sawit asal Indonesia supaya bisa dikonsumsi pasar global. Dengan menggunakan Logo keberlanjutan RSPO maka produk minyak sawit telah dikenal sebagai produk berkelanjutan.
“Sertifikat RSPO yang diberikan kepada perkebunan kelapa sawit Indonesia, berlandaskan hasil audit independen yang telah dilakukan lembaga sertifikasi nasional,”kata Tiur.
Keberadaan RSPO, menurut Tiur, merupakan bagian dari kepentingan bersama akan keberadaan minyak sawit yang kian meningkat konsumsinya. Selain itu, minyak sawit berkelanjutan menjadi satu-satunya minyak nabati global yang telah berhasil melaksanakan prinsip dan kriteria berkelanjutan secara universal, dimana bersumber dari perusahaan perkebunan dan petani kelapa sawit.
Prinsip Berkelanjutan
Menurut Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono, keberadaan perkebunan kelapa sawit Indonesia sudah melaksanakan prinsip dan kriteria berkelanjutan, sehingga berhasil memproduksi minyak sawit berkelanjutan dan lestari. Pasalnya, banyak perkebunan kelapa sawit nasional yang telah berhasil mendapatkan sertifikat RSPO, ISPO dan ISCC.
Sebagai informasi, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan International Standard Carbon Certification (ISCC), dilaksanakan secara sukarela (voluntary), sedangkan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) bersifat mandatori sehingga wajib dilakukan perkebunan kelapa sawit Indonesia.
Perkebunan kelapa sawit Indonesia, menurut Mukti, sudah memiliki kesadaran tinggi dalam melakukan praktek budidaya terbaik dan berkelanjutan. Imbuhnya, kesejahteraan ekonomi masyarakat di daerah pelosok Indonesia, sebagian besar bertumbuh dari perkebunan kelapa sawit. Terlebih, pendapatan devisa negara saat ini, sumber terbesar berasal dari komoditas minyak sawit dan turunannya.
“Minyak sawit telah berhasil menjadi penyelamat defisit neraca perdagangan Indonesia, melalui kontribusi terbesarnya bagi pendapatan devisa negara,”tandasnya dalam diskusi yang diadakan Majalah Info SAWIT itu.
Kendati mengalami penurunan harga baru-baru ini, ungkap Mukti, namun harga komoditas minyak sawit masih memiliki prospek cerah untuk meningkat. Pasalnya, peningkatan konsumsi minyak sawit global termasuk Indonesia dari biodiesel, akan mendorong terjadinya kenaikan harga kembali. Selain itu, peningkatan konsumsi juga akan diperkuat dari komitmen industri turunan minyak sawit global, yang akan mengonsumsi minyak sawit berkelanjutan hingga 100%.
Sumber: Agroindonesia.co.id