Setelah menuai hasil positif dengan implementasi program pencampuran Biodiesel ke dalam solar sebesar 20% atau program B20, program ditingkatkan menjadi B30. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan penggunaan biodiesel B30 mampu menekan impor bahan bakar minyak (BBM) Solar sebanyak 8-9 juta kilo liter (KL).

“Kalikan saja misalkan sekarang HEP untuk solar Rp 8.900 per liter. Kalau 8-9 juta KL sekitar Rp 70 triliunan,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian ESDM Dadan Kusdiana di Jakarta, Kamis (13/6).

B30 merupakan penggunaan bahan bakar nabati (BBN) sebanyak 30% untuk campuran BBM Solar. Mandatory penggunaan B30 dimulai pada awal 2020 mendatang. Saat ini sedang dilakukan uji jalan (road test) pada 11 unit kendaraan.

Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan, konsumsi BBM terus meningkat seiring dengan pembangunan infrastruktur jalan. Dia mengungkapkan impor minyak mentah saat ini sekitar 500 ribu barel. Diperkirakan kebutuhan impor tersebut melonjak hingga dua kali lipat dalam 6 tahun ke depan.

“Idenya maka kita campirkan fame supaya neraca perdagangan tidak terlalu defisit untuk impor bahan bakar atau minyak,” kata Jonan dalam peluncuran uji jalan B30 di Jakarta, Kamis (13/6).

Jonan meminta komitmen dari produsen biofuel dalam menyediakan fame sebagai bahan campuran Solar. Dia meminta pasokan terjamin meski harga minyak sawit internasional naik. Pihaknya pun menyiapkan langkah bila komitmen tersebut tidak terpenuhi. Upaya yang bisa dilakukan dengan penerapan alokasi dalam negeri (domestic market obligation/DM0). Hal serupa telah dilakukan pada batu bara.

“Kalau mentalitasnya hit.and run, saya terus terang saja ini, kalau mentalitasnya hit and run, saya akan lapor Presiden untuk dibikinkan peraturan DMO seperti batu bara,” ujarnya.

Sementara itu. Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) MP Tumanggor menuturkan sebanyak 19 pabrik siap memasok fame untuk kebutuhan biodiesel. Adapun kapasitas produksi mencapai 12 juta KL. Dari jumlah tersebut sekitar 1,5 juta KL dikirim ke luar negeri. Sementara saat ini untuk kebutuhan dalam sekitar 6 juta KL. Artiannya masih ada 5 juta KL yang mampu mencukupi kebutuhan B30.

“Kalau 2020 tambah lagi 3 juta, baru 9 juta KL. Tambah ekspor 1,5 juta baru 10,5 juta. Masih ada idle 1-1,5 juta KL,” ujarnya.

Pertamina Dukung Uji Jalan Sebanyak 11 unit kendaraan disiapkan untuk uji jalan B30 yakni 3 unit truk dan 8 unit kendaraan penumpang. 3 unit truk itu akan menempuh total jarak tempuh 40 ribu kilometer (km). Rute yang dilalui Lembang Karawang – Cipali – Subang -Lembang sejauh 350 km/hari. Sementara untuk 8 unit kendaraan penumpang menempuh hingga 50 ribu km. Rute yang ditempuh Lembang – CileunyiNagreg – Kuningan – Tol Babakan – Slawi – Guci – Tegal – Tol Cipali – Subang – Lembang sejauh 560 km/hari.

Dadan menuturkan uji jalan ini membandingkan kinerja mesin kendaraan sebelum dan sesudah menggunakan B30. Pembandingnya kendaraan B20 dan B30. Bukan dengan kendaraan tanpa menggunakan biodiesel. “Output berupa rekomendasi kesiapan B30 tahun depan. Awal Oktober kami sampaikan rekomendasi,” ujarnya.

Menteri ESDM Ignasius Jonan meminta performa dan biaya perawatan mesin tidak berubah banyak dengan penggunaan B30. Produsen otomotif pun diharapkan partisipasinya dalam memberi masukan dalam uji jalan ini. “Road test B30 ini bukan uji jalan saja tetapi juga mempromosikan kepada masyarakat bahwa penggunaan bahan bakar B30 performa termasuk akselerasi kendaraan tidak turun dan perawatannya tidak memakan biaya tambahan yang besar,” ujarnya.

Sementara itu, Pertamina mendukung uji coba penggunaan bahan bakar B30 pada kendaraan bermesin Diesel.

Uji jalan atau road test B30 dilakukan dengan target tempuh 40.000 dan 50.000 km serta untuk membuktikan bahwa penggunaan B30 pada mesin diesel tidak mempengaruhi kinerja mesin.

Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyatakan, sebagai pemegang mandat pemerintah terkait program Biodiesel, Pertamina secara aktif mensupport penuh pelaksanaan uji jalan atau road test b30 dengan menyediakan produk solar sejumlah 66,5 KL

“Salah satu dukungan kami adalah turut aktif mensosialisasikan program biodiesel yang diamanatkan kepada pertamina, selain menyediakan bahan bakar b30 untuk diuji coba pada 3 unit truk dan 8 kendaraan berpenumpang mesin Diesel” jelasnya.

Lebih lanjut Fajriyah mengatakan, infrastruktur Pertamina telah sanggup untuk melayani penyaluran B20 ke masyarakat namun untuk penyaluran B30 masih dibutuhkan beberapa upgrading.

“Saat ini kami memiliki 111 Terminal BBM yang siap untuk mendistribusikan B20, sedangkan titik pencampuran FAME dilaksanakan di 29 titik pencampuran yaitu 26TBBM dan 3 kilang”, jelas Fajriyah.

Fajriyah menambahkan, realisasi penyaluran B20 pada tahun 2018 sebesar 16 juta KL serta realisasi penyerapan FAME pada tahun 2018 sebesar 3,2 juta KL.

Dukungan penuh Pertamina terhadap program biodiesel semakin lengkap melalui pelumas terbaru untuk mesin kendaraan berbahan bakar biodiesel, Meditran SX Bio. Produk ini di design untuk bekerja dengan Bio Diesel dari B5 hingga B50 dan diperuntukan bagi mesin diesel tugas berat (Heavy Duty Diesel Engine).

“Pertamina juga menyiapkan produk pelumas khusus untuk kendaraan yang menggunakan biodiesel (B5 – B50) yaitu Meditran SX Bio 15W-40,”tutup Fajriyah.

 

Sumber: Investor Daily Indonesia