BIODIESEL B50
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengeluarkan peringatan keras terkait rencana peningkatan kadar campuran biodiesel dalam bahan bakar dari B30 ke B50. Kenaikan persentase biodiesel menjadi 50% dalam solar ini dinilai mengandung potensi risiko serius yang dapat memengaruhi kinerja mesin, rantai pasok, dan sektor industri turunannya.

Menurut peneliti BRIN, penyesuaian langsung ke B50 tanpa tahap uji coba menyeluruh berisiko menimbulkan endapan pada sistem bahan bakar kendaraan bermesin diesel. Endapan ini dapat menyumbat filter, mempercepat korosi komponen logam, serta meningkatkan beban kerja pompa bahan bakar. Akibatnya, efisiensi mesin dan daya tahan kendaraan dapat menurun drastis, memicu biaya perawatan dan perbaikan yang melonjak.

Selain dampak teknis pada mesin, BRIN juga menyoroti kesiapan infrastruktur penyimpanan dan distribusi. Tangki serta pipa BBM saat ini banyak yang belum dirancang untuk menahan kadar oksigen tinggi yang terkandung dalam biodiesel. Risiko kebocoran dan degradasi material menjadi lebih besar, sehingga perlu investasi signifikan untuk retrofit fasilitas penyimpanan dan transportasi.

Lebih lanjut, peningkatan kadar biodiesel ke B50 berdampak pada kualitas produk turunan, khususnya pelumas dan oli mesin yang membutuhkan formulasi ulang. Industri petrokimia harus segera melakukan adaptasi riset agar pelumas tetap kompatibel dengan sifat kimia diesel campuran biodiesel. Tanpa penyesuaian itu, pelumas konvensional rentan gagal melindungi permukaan logam, meningkatkan gesekan dan keausan.

BRIN merekomendasikan pelaksanaan uji coba bertahap dan kolaborasi lintas sektor, melibatkan produsen biodiesel, perusahaan minyak dan gas, serta pemilik armada komersial. Tahapan uji lapang skala kecil hingga besar perlu dilakukan untuk memetakan performa mesin, dampak korosi, dan kebutuhan penanganan limbah. Dengan data lengkap, pemerintah dapat merumuskan regulasi dan insentif yang tepat, sehingga target energi terbarukan tidak menjadi beban bagi sektor transportasi dan industri.

Meski demikian, BRIN mendukung upaya transisi menuju bahan bakar ramah lingkungan. Peningkatan ke B35–B40 dianggap lebih realistis sebagai tahap awal, sembari merampungkan infrastruktur dan standar kualitas komponen. Dengan langkah terukur, Indonesia dapat memperkuat ketahanan energi sekaligus menurunkan emisi karbon, tanpa mengorbankan keandalan kendaraan dan kinerja industri turunannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *