
Cargill, raksasa agribisnis global, telah meresmikan pabrik pemurnian minyak sawit (refinery) terbarunya di Lampung, Indonesia, dengan teknologi termutakhir yang memungkinkan pelacakan 100% bahan baku hingga ke perkebunan sawit. Fasilitas ini, yang bernilai investasi USD 200 juta atau setara Rp 3,3 triliun, menjadi tonggak penting dalam komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan rantai pasok minyak sawit. Peresmian ini bertepatan dengan perayaan 50 tahun kehadiran Cargill di Indonesia, memperkuat posisi Lampung sebagai pusat industri sawit berkelanjutan.
Investasi Besar dan Dampak Ekonomi Lokal
Proyek refinery ini dibangun sejak 2023 oleh PT Pacrim Nusantara Lestari Foods, unit bisnis Cargill di Indonesia, dan menjadi refinery sawit pertama milik perusahaan di negara ini. Dengan kapasitas pemurnian hingga satu juta metrik ton minyak sawit per tahun, atau 3.000 metrik ton per hari, fasilitas ini dirancang untuk memenuhi permintaan global yang meningkat terhadap minyak sawit berkelanjutan. Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, menyambut positif investasi ini karena mencerminkan kepercayaan investor terhadap potensi provinsi sebagai wilayah ramah investasi, sekaligus mendorong pengembangan ekonomi lokal melalui penciptaan lapangan kerja bagi sekitar 300 tenaga kerja lokal. Selain itu, sekitar 20% bahan baku akan bersumber dari lokal, termasuk perkebunan di Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Kalimantan, yang membantu menstabilkan harga sawit bagi petani setempat.
Teknologi Canggih untuk Keberlanjutan dan Transparansi
Teknologi refinery mutakhir yang diterapkan mencakup sistem pelacakan penuh dari sumber bahan baku yang bertanggung jawab, efisiensi energi, dan pengelolaan limbah ramah lingkungan, termasuk instalasi pengolahan air limbah serta peralatan hemat energi. Hal ini memastikan bahwa 100% bahan baku sawit dapat ditelusuri hingga ke perkebunan, mendukung rantai pasok terintegrasi dari hulu ke hilir dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan serta masyarakat sekitar. Penne Kehl, Presiden Grup Pertanian dan Perdagangan Cargill untuk Asia Pasifik, menekankan bahwa fasilitas ini memperkuat sistem pangan global yang aman, bertanggung jawab, dan berkelanjutan, sejalan dengan visi perusahaan untuk menghindari deforestasi dan melindungi habitat alam. Azlan Adnan, Direktur Utama Bisnis Tropical Oil Cargill, menambahkan bahwa refinery ini meningkatkan kapasitas untuk memenuhi tuntutan pasar internasional, dengan 30% produksi dialokasikan untuk pasar domestik dan sisanya diekspor ke Amerika Utara, Eropa, serta Asia.
Kontribusi terhadap Industri Sawit Berkelanjutan di Indonesia
Sebagai single line refinery terbesar di dunia milik Cargill, fasilitas di Lampung ini tidak hanya memperkuat jaringan pasok global tetapi juga mendukung transformasi hilirisasi komoditas pangan sesuai arahan Presiden. Komitmen ini selaras dengan upaya Cargill secara keseluruhan, termasuk sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) di perkebunan seperti Harapan Sawit Lestari di Kalimantan Barat, yang menerapkan praktik nol limbah dan intensifikasi hasil untuk memaksimalkan produksi tanpa perluasan lahan. Melalui inisiatif seperti ini, Cargill berkontribusi pada eliminasi deforestasi di rantai pasok sawit komersial hingga akhir 2020, serta mendukung lebih dari 22.000 petani plasma di lebih dari 10 negara untuk menghasilkan minyak sawit berkelanjutan. Langkah ini menjadi inspirasi bagi industri sawit Indonesia, memastikan pertumbuhan yang inklusif dan ramah lingkungan di tengah permintaan global yang terus meningkat.