Jakarta: Kuatnya kondisi cadangan devisa Indonesia sangat diperlukan di saat nilai tukar rupiah terus tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (USD) sekarang ini. Adapun kebijakan pemerintah yang menghapus pungutan ekspor kelapa sawit dan turunan yang dimiliki menjadi positif untuk memperkuat kondisi cadangan devisa.

“Penghapusan ini untuk menambah devisa negara. ‎Karena devisa dari ekspor kelapa sawit penyumbang devisa paling tinggi. Jadi pungutan USD50 per ton minyak sawit dan USD30 per ton untuk produk turunannya itu dihapus saja,” kata E‎konom Indef Bhima Yudhistira, dalam Diskus Polemik MNC Trijaya bertajuk ‘‎Jurus Jitu Jagain Rupiah’ di Warung Daun, Jakarta, Sabtu, 8 September 2018.

Hingga akhir Agustus 2018, posisi cadangan devisa Indonesia mencapai USD117,9 miliar. Angka itu turun sebanyak USD400 juta dari posisi akhir Juli yang mencapai USD118,3 miliar. Penyusutan cadangan devisa dikarenakan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat.

Di sisi lain, Bhima menyoroti defisit neraca transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan. Adapun keduanya dinilai Bhima memiliki pengaruh bagi nilai tukar rupiah saat ini. Demi meredam defisit pada neraca transaksi maka pemerintah harus menghilangkan ketergantungan terhadap impor Bahan Bakar Minyak (BBM).

“B20 sudah cukup baik. Ketergantungan minyak harus dikurangi dengan mempercepat konversi gas. Percepat juga peningkatan penggunaan energi baru terbarukan dan itu yang harus bisa dijalankan oleh pemerintah,” pungkas Bhima.

 

Sumber: Metrotvnews.com