Pemerintah diharapkan mempercepat pengembangan industri hilir sawit, khususnya produk bahan bakar cair berbasis minyak kelapa sawit, yang diperkirakan membutuhkan investasi sekitar Rp815 triliun hingga Rp840 triliun sampai dengan 2025.

“Sawit dapat dikembangkan menjadi empat varian produk yakni bahan makanan, bahan bakar, produk kimia, dan bahan bakar,” kata Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat M. Sinaga, dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Selasa (9/10/2018).

Untuk bahan bakar, penghiliran minyak sawit di dalam negeri sudah dapat menghasilkan green diesel (Cetane Number 80), green gasoline (Ron 96-98), dan green avtur (dengan titik beku -37 derajat celcius dan -60 derajat celcius.

“Dengan harga minyak US$70 maka industri hilir sudah bisa memproduksi memiliki nilai keekonomian,” papar Sahat.

Green diesel dikenal juga dengan solar. Bahan bakar ini banyak digunakan oleh mesin industri, alat transportasi umum, dan pertambangan.

Sedangkan gasolin lebih dikenal dengan nama bensin dan banyak digunakan oleh kendaraan pribadi.

Sementara itu, avtur merupakan bahan bakar untuk pesawat. Produk ini membutuhkan titik beku jauh di bawah nol agar pesawat tidak mati ketika terbang di ketinggian.

Sahat menambahkan, dengan teknologi yang ada saat ini, dari 1 ton crude palm oil (CPO) dapat dihasilkan 5,24 hingga 5,96 barel setara bahan bakar cair. Skala uji coba produksi akan dimulai pada akhir kuartal IV tahun ini untuk gasolin, sedangkan avtur akan mulai diproduksi pada awal 2019.

“Indonesia diperkirakan membutuhkan 104,2 juta kiloliter bahan bakar cair pada 2025. Pada tahun ini, penggunaan bahan bakar secara nasional berkisar 75,7 juta kiloliter, kami estimasi dengan 27% menggunakan campuran bahan bakar cair berbasis sawit, akan ada tambahan permintaan 26,9 juta CPO untuk bahan baku,” ujar Sahat.

Dengan kondisi ini, peningkatan produksi CPO pada 2025 diperkirakan mencapai 72 juta ton dapat terserap karena 60% dari produksi minyak sawit saat itu akan dikonsumsi di dalam negeri.

Minyak sawit untuk bahan bakar ini juga akan mengakhiri ketidakpastian penyerapan produksi minyak sawit dan turunannya di pasar utama, seperti India dan Uni Eropa.

Sumber: Borneonews.co.id