Kota Pontianak menjadi tuan rumah pelaksanaan Indonesian palm oil Smallholders Conference Expo (IPOSC). Rabu (27/11). Pertemuan para organisasi petani sawit se Indonesia ini akan digelar hingga Kamis (28/11) di Hotel Aston Pontianak Convention Center.
Kegiatan yang diprakarsasi Media Perkebunan ini menaungi setidaknya ada empat organisasi petani sawit yang bernanung ke dalam Persatuan Organisasi Petani sawit Indonesia (Popsi). Yakni Asosiasi Petani Kelapa sawit PIR (Aspekpir), Serikat Petard Kelapa sawit (SPKS), Sawitku Masadepanku (Samade) dan Asosiasi Petani Kelapa sawit Indonesia (Apkasindo).
Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Provinsi Kalimantan Barat. Florentinus Anum, menyampaikan apresiasianya karena memilih Kalbar sebagai tuan rumah pertemuan para petani sawit seIndonesia tersebut.
Dia pun berharap rekomendasi pertemuan dalam forum tersebut akan menghasilkan manfaat nyata bagi petani sawit dan bisa memberikan kesejahteraan bagi petani sawit.
Beberapa hal yang ia soroti, pertama adalah masalah legalitas lahan petani sawit. Legalitas lahan perkebunan sawit rakyat menjadi kendala untuk mengantongi sertifikat kelapa sawit berkelanjutan atau Indonesian Sustainable palm oil (ISPO).
Selanjutnya masalah kelembagaan. Dengan memiliki kelembagaan ini petani sudah mempunyai kekuatan melaksanakan kegiatan perkebunan.
“Tak kalah penting adalah persoalan benih. Karena ini kaitannya dengan produktivitas. Harapan kita dengan petani memilih sumber benih yang bagus dan unggul serta bersertifikat target produksi kita yaitu 4 ton per hektare per tahun bisa dicapai,” jelas Florentinus Anum.
Saat ini produktivitas sawit yang dihasilkan baru 50 persen dari target atau baru sekitar 2 ton per hektare per tahun. Anum, menyadari banyak petani belum mengetahui untuk memilih berth dari sumber benih itu penting.
“Para petani jangan sembarangan beli benih untuk dikembangkan. Kan sudah ada UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Perkebunan. Di Indonesia sudah ada 14 perusahaan yang dipercayakan untuk mengelola sumber benih. Ini perlu kita selesaikan, agar petani sawit sejahtera,” paparnya.
Terkait produksi sawit sepanjang 2019 diperkirakan jumlahnya sudah mencapai 2,9 juta ton dan akan terus bertambah. Ini merupakan angka yang disumbang dari hasil sawit milik korporasi dan petani mandiri yang kesemuanya berada di lahan eksisting di Kalbar seluas 1,7 juta Ha.
Dia menyakinkan untuk harga sawit akan berangsur membaik. Saat ini posisi harga di Rp 1.300 per kg untuk tandan buah segar (TBS). Akan tetapi, catatanya adalah harapannya para stakeholder yakni pemrintah. Pabrik Kelapa sawit (PKS) termasuk petani mentaati Permentan Nomor 01 Tahun 2018 serta Pergub Nomor 63 tahun 2018 yang telah spesifik mengatur peranan masing masing.
“Ketika pemda yang mempunyai kewenangan mengelompokkan petani swadaya mandiri maka kemudian PKS wajib membeli dengan harga yang ditetapkan bersama. PKS juga harus benar-benar, karena sesuai Permentan itu menyebutkan pabrik kan hanya bisa membeli dan mengolah dari inti, koperasi, dan swadaya mandiri yang berkelompok dan bermitra. Diluar itu PKS tidak boleh beli. Tugas Pemda juga kasi sangsi bagi PKS yang bandel.” kata Anum.
Sumber: Tribun Pontianak