PEMERINTAH ingin menggencarkan ekspor berbagai produk dan komoditas ke Rusia. Hal itu dilakukan untuk memanfaatkan embargo yang kini dihadapi negara pecahan Uni Soviet tersebut.
Seperti diketahui, Rusia tengah menghadapi embargo perdagangan dari Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sekutu-sekutunya terkait dengan isu keamanan dan teritorial. Sementara itu, Rusia membalas dengan mengenakan sanksi pembatasan impor dari negara-negara tersebut. Akibat embargo dan kontraembargo itu, Rusia memerlukan sumber alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan, termasuk buah-buahan tropis serta produk esensial lainnya.
“Ini peluang yang tidak boleh hilang dari genggaman kita. Potensi hubungan ekonomi yang memanfaatkan situasi embargo dan kontraembargo ini melampaui isu-isu perdagangan dan investasi yang biasa karena kita juga melihat peluang di bidang pariwisata, pertukaran pelajar, kerja sama energi, teknologi, kedirgantaraan, dan lainnya,” imbuh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam keterangan resmi, kemarin.
Perdagangan bilateral antara Indonesia dan Rusia dapat dikatakan masih sangat rendah ketimbang potensinya. Pada periode Januari-Mei 2017 total perdagangan Indonesia-Rusia juga mengalami peningkatan 54,43% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dengan nilai perdagangan sebesar US$1,12 miliar. Indonesia surplus US$77,45 juta dengan nilai ekspor sebesar US$599,97 juta dan nilai impor US$522,52 juta. Produk ekspor utama Indonesia ke Rusia antara lain kelapa sawit dan turunannya, kopi, karet, minyak kelapa, dan cokelat.
Enggar mengatakan potensi ekspor yang bisa ditingkatkan Indonesia ke Rusia antara lain minyak nabati, produk makanan, kehutanan, serta produk industri pertahanan.
Sebaliknya Rusia berminat berinvestasi di sektor energi dan menawarkan sejumlah produk teknologi tinggi seperti peralatan pengatur lalu lintas udara dan pesawat penumpang sipil.
Di kesempatan yang sama, kedua negara melakukan kerja sama yang dituangkan dalam memorandum of cooperation (MoC) antara Dewan Minyak Sawit Indonesia dan pengusaha minyak sawit Rusia. “Perdagangan minyak sawit Indonesia dapat meningkat dua kali lipat dalam 1-2 tahun ke depan,” ujar Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia Sahat Sinaga.
Sumber : Media Indonesia