Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) telah membangun kemitraan dengan petani sebagai upaya meningkatkan produktivitas dan pengentasan kemiskinan di pedesaan. Hal ini sejalan dengan tema Musyawarah Nasional ke-X GAPKI “Kemitraan Dengan Petani Sawit Demi Kesejahteraan Bangsa” di Jakarta, pada 14-16 Maret 2018.

Joko Supriyono, Ketua Umum GAPKI menjelaskan perusahaan anggota GAPKI punya komitmen mengurangi ekspansi melalui optimalisasi kegiatan intensifikasi.

“Kami juga mendukung kebijakan pemerintah untuk mengurangi ekspansi lalu fokus intensifikasi sebagai bagian peningkatan produktivitas,” kata Joko Supriyono dalam pidatonya.

Sehubungan dengan kegiatan peningkatan produktivitas sawit rakyat. Anggota GAPKI sudah menjalankan kegiatan kemitraan di provinsi sentra produksi sawit Indonesia. Pertama, memperkuat kemitraan dengan kebun rakyat terutama plasma yang sudah dibangun dulu. Walaupun dulu statusnya plasma tetapi sekarang banyak kebun plasma sudah menjadi kebun mandiri. Joko mengatakan salah satu upaya yang dilakukan melaui percepatan replanting kebun plasma. Untuk itu, kerjasama bekerjasama dengan perbankan akan menjadi opsi diluar program hibah replanting BPDP-KS.

“Hingga 2017, program kemitraan replanting seluas 800 ribu hektara. Luasan ini akan ditingkatkan sampai 900 ribu hektare pada 2019,” kata Joko.

Kedua, membangun kemitraan dengan petani swadaya untuk menyelesaikan persoalan rendahnya produktivitas. Masalah ini disebabkan penggunaan bibit ilegal, buruknya infrastruktur, dan perawatan tidak memadai. Beberapa perusahaan anggota GAPKI telah membangun kemitraan dengan petani swadaya kendati masih kecil jumlahnya.

Joko menjelaskan hingga tahun 2017 luas kemitraan GAPKI dengan petani swadaya mencapai 370 ribu hektare. Diharapkan sampai dua tahun mendatang akan bertambah menjadi 450 ribu hektare. Bentuk kemitraan yang dijalankan berupa peremajaan kebun swadaya berusia tua, perbaikan kultur teknis dan budidaya, perbaikan infrastruktur dan manajemen serta kelembagaan.

Langkah ketiga adalah skema kemitraan diharapkan terjadi peningkatan produktivitas secara gradual. Untuk kemitraan kultur teknis, pemupukan, dan kultur teknis diharapkan mampu meningkatkan produktivitas antara 1-2 ton TBS per hektare per tahun. Sementara itu, kemitraan replanting akan memberikan hasil dalam 3-4 tahun mendatang sehingga produktivitas bisa naik signifikan sebesar 15 ton TBS per hektare per tahun pada masa panen 1-3 tahun mendatang. Bahkan bisa mencapai 20-25 ton TBS per hektare per tahun saat panen di atas usia 5 tahun.

Menurut Joko Supriyono, supaya bisa mencapai target kemitraan tersebut maka perlu penyelesaian tumpang tindih kawasan hutan dengan kebun sawit. Karen persoalan kebun di kawasan hutan inilah yang menghambat program kemitraan.

Atas dasar itulah, GAPKI mengharapkan masalah tumpang tindih lahan dapat segera selesai supaya program kemitraan bersama petani rakyat dapat segera terwujud.

“Kami berterimakasih atas dukungan pemerintah terhadap sawit. Dengan adanya dukungan pemerintah terhadap industri sawit, sangatlah membantu aktivitas melawan hambatan ekspor dan menyelesaikan kebijakan deregulasi,” harapnya.

 

Sumber: Sawitindonesia.com