
Bioetanol semakin banyak dibicarakan di kalangan pengendara Indonesia sebagai alternatif bahan bakar yang lebih hijau. Wacana pencampuran seluruh bensin dengan etanol (C₂H₅OH) memicu pro dan kontra: sebagian melihatnya sebagai langkah maju menuju energi terbarukan, sementara yang lain khawatir akan dampak pada kinerja mesin dan biaya pemilik kendaraan.
Keunggulan BBM Bioetanol
-
Ramah Lingkungan dan Terbarukan
Bioetanol diproduksi dari bahan baku tanaman seperti tebu, singkong, atau jagung. Proses fotosintesis menyerap CO₂ dari atmosfer, sehingga saat dibakar, emisi gas rumah kaca relatif lebih rendah dibanding bensin fosil. Ini menjadikannya sumber energi terbarukan yang mendukung target pengurangan emisi. -
Angka Oktan Tinggi untuk Performa Lebih Baik
Etanol memiliki angka oktan antara 108–120, jauh lebih tinggi dibanding bensin biasa. Angka oktan tinggi meningkatkan efisiensi termal dan mengurangi risiko knocking, sehingga mesin dapat bekerja lebih optimal. -
Kompatibilitas dengan Mesin Bensin
Penelitian menunjukkan bioetanol dapat dicampur dengan bensin mulai dari E10 (10% etanol) hingga E85 (85% etanol) tanpa modifikasi mesin besar. Sejumlah negara seperti Brasil, Amerika Serikat, dan Uni Eropa telah menerapkan penggunaan etanol hingga 100% pada kendaraan tertentu, membuktikan kelayakan skala besar.
Tantangan dan Kekurangan
-
Nilai Kalor Lebih Rendah
Kandungan energi etanol sekitar 35% lebih rendah dibanding bensin. Artinya, konsumsi BBM akan sedikit meningkat untuk jarak tempuh yang sama. Bagi sebagian pengguna, ini berarti penyesuaian pola mengisi bahan bakar dan perhitungan biaya operasional. -
Sifat Hygroskopis: Risiko Kontaminasi Air
Etanol mudah menyerap air dari udara. Jika kontaminasi terjadi, performa mesin menurun dan bisa memicu korosi pada saluran bahan bakar. Oleh karena itu, tangki penyimpanan tertutup dan sistem distribusi khusus wajib diperhatikan untuk menjaga kualitas BBM. -
Infrastruktur dan Investasi Awal
Peralihan ke campuran etanol-bensin membutuhkan penyesuaian infrastruktur SPBU, seperti penyediaan tangki terpisah dan pompa khusus. Ini memerlukan investasi awal yang cukup besar, baik dari pemerintah maupun sektor swasta.
Jalan Menuju Implementasi Luas
Untuk memaksimalkan manfaat bioetanol, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, produsen bahan baku, dan pelaku industri otomotif:
-
Subsidi dan Insentif Pajak: Mendorong produksi dan distribusi bioetanol agar harganya kompetitif dengan bensin.
-
Standarisasi Kualitas: Menetapkan regulasi campuran bahan bakar dan parameter teknis penyimpanan untuk menghindari kontaminasi.
-
Sosialisasi dan Edukasi: Menginformasikan masyarakat tentang keuntungan, cara penggunaan, serta perawatan mesin saat beralih ke BBM campuran etanol.
Dengan pendekatan menyeluruh—dari kebijakan hingga edukasi—Bioetanol berpotensi menjadi solusi bahan bakar berkelanjutan yang mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mendukung lingkungan lebih bersih.