Lahan gambut (Peat Land) global termasuk lahan gambut yang ada di Indonesia telah menjadi isu global. Lahan gambut selain menyimpan stok karbon terbesar juga menghasilkan emisi GHG. Kontribusi lahan gambut global dalam total emisi GHG global tergabung dalam kontribusi pertanian dan land use change sebagaimana diuraikan sebelum (masih jauh lebihkecil dari emisi GHG konsumsi BBF).
Menurut data Watland Internasional (Joosten, 2009) luas lahan gambut global mencapai 385 juta hektar tahun 1990 dan sekitar 381 juta hektar tahun 2008. Penyebaran lahan gambut global terluas di kawasan Eropa, Rusia dan Amerika (80 Persen). Sisanya (20 Persen) terbesar di Asia, Afrika, Australia dan Pasifik serta Antartika. Dalam priode tahun 1990-2008, terjadi konversi lahan gambut global (menjadi penggunaan lain) seluas 3,83 juta hektar.Konversi lahan gambut global terbesar terjadi di Rusia ( 37 persen) kemudian disusul Eropa (33 persen) dan sisanya di negara lain.
Selain mengalami konversi, lahan gambut global juga mengalami pengurangan luas hutan pada lahan gambut seluas 6,5 juta hektar selama priode tahun 1990-2008. Pengurangan hutan gambut terluas terjadi di Australia dan Pasifik (69 persen) kemudian disusul kawasan Eropa dan Rusia (26 persen). Sedangkan di kawasan Asia terjadi sebaliknya yakni penambahan hutan dilahan gambut seluas 7,8 juta hektar.
Menurut data tersebut, konversi lahan gambut di Indonesia juga terjadi seluas 450 ribu hektar dalam priode 1990-2008. Namun dilihat secara global pasangnya hanya sekitar 13 persen dari luas lahan gambut yang dikonversi secara global. Data-data diatas menunjukan bahwa pengkonversi lahan gambut terbesar bukan di Indonesia melainkan di kawasan Australia, Pasifik dan kawasan Eropa dan Rusia. Sekitar 70 persen konversi lahan gambut global terjadi pada kedua kawasan tersebut.
Sumber : Indonesia Dan Perkebunan Kelapa Sawit Dalam Isu Lingkungan Global, GAPKI 2013
Sumber: Sawitindonesia.com