JAKARTA, investor.id–Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) optimistis industri minyak sawit Indonesia bisa meningkatkan pasarnya ke Asia Tengah melalui Uzbekistan. Hal itu menyusul ditekennya perjanjian kerja sama bilateral antara RI dan Uzbekistan dalam bidang sawit.

Berdasarkan laporan KBRI Tashkent, Uzbekistan membutuhkan 60-70 ribu ton minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) per tahun. Menurut Ketua Umum Gapki Eddy Martono, perjanjian kerja sama bilateral yang disepakati Indonesia dan Uzbekistan dalam sektor sawit bisa menjadi strategi industri sawit RI dalam menembus pasar baru di Asia Tengah. Uzbekistan merupakan mitra bisnis yang ideal bagi RI dan mitra dagang kedua terbesar di Asia Tengah setelah Kazakhstan.

“Sebagai salah satu produsen dan pengguna minyak nabati terkemuka di Asia Tengah, Uzbekistan memiliki potensi untuk menjadi pusat regional untuk produksi dan manajemen minyak nabati, termasuk sawit,” jelas Eddy dalam keterangan yang dikutip Senin (18/09/2023).

Eddy menyampaikan itu saat meneken Memorandum of Understanding (MoU) oleh Gapki dan Asosiasi Perusahaan Industri Minyak dan Lemak Republik Uzbekistan (Uzyogmoysanoat) terkait kerja sama bilateral pada sektor minyak sawit yang dilakukan di Tashkent, Uzbekistan, pada 14 September 2023.

Penandatanganan MoU disaksikan langsung oleh Dubes RI di Uzbekistan Sunaryo Kartadinata, bertepatan dengan keikutsertaan Indonesia dalam konferensi Asia Grains and Oils 2023. “Lokasi geografis Uzbekistan strategis, di tengah-tengah kawasan Asia Tengah, ini diharapkan bisa jadi penghubung dengan negara-negara di sekitar,” jelas Eddy.
Indonesia merupakan produsen dan eksportir sawit terbesar di dunia, lebih dari 150 negara importir sawit RI di seluruh dunia, termasuk Asia Tengah meski angkanya masih kecil. Salah satu hambatan dagang untuk masuk ke pasar Asia Tengah adalah isu logistik.

“Kami sangat antusias dengan peresmian kemitraan ini, sekaligus memperkenalkan aspek keberlanjutan industri sawit RI melalui Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sebagai persyaratan bagi pelaku usaha perkebunan sawit serta membuka peluang ekspor dan investasi industri sawit nasional di Uzbekistan dan negara nontradisional lainnya di Asia Tengah,” ujar Eddy.

Dubes Sunaryo menjelaskan, RI salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia. Sektor sawit berkontribusi signifikan terhadap perkembangan ekonomi Indonesia. “Kemitraan RI-Uzbekistan ini menandakan komitmen bersama memajukan sektor sawit di kedua negara. Keikutsertaan RI dalam Asia Grains and Oils 2023 menjadi salah satu kesempatan penting guna memulai promosi dan kampanye positif sawit ke Asia Tengah,” tegas dia.

Sementara itu, Ketua Uzyogmoysanoat Oybek Zuparov ingin belajar dari Indonesia perihal pengembangan industri serta pengolahan minyak sawit di Uzbekistan. “MOU ini bukti dari nilai dan komitmen bersama kedua negara dalam memacu produksi domestik melalui kerja sama ilmu pengetahuan, teknologi, dan praktik terbaik di bidang pengolahan sawit guna meningkatkan volume perdagangan bilateral kedua negara,” tandas Zuparov.

sumber: https://investor.id/business/340981/lewat-uzbekistan-ri-perkuat-pasar-minyak-sawit-asia-tengah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *