JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Kampanye negative yang semakin marak menjadi perhatian negara-negara produsen sawit. Salah satu caranya adalah memperkuat riset untuk menjawab isu negative tersebut.

Pandangan ini muncul dalam pertemuan Dewan Negara-negara Produsen Sawit atau Council Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Tingkat Pejabat Tinggi atau Senior Officials Meeting (SOM) Ke-22 dalam format hybrid (daring dan tatap muka) pada Kamis, 21 Oktober 2021.

“Kami prihatin dengan tingginya kampanye negatif yang semakin masif dan dikeluarkannya berbagai kebijakan dan regulasi yang menghambat produksi dan perdagangan minyak sawit khususnya di Uni Eropa,” ujar Dr. Musdhalifah Machmud, Deputi Bidang Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI dalam kesempatan tersebut.

Ia  menjelaskan bahwa  CPOPC perlu memberikan perhatian serius dan merumuskan strategi yang lebih efektif bagi negara-negara produsen minyak sawit untuk menjawab tantangan tersebut. Selain itu, dirinya juga menyambut baik kemajuan yang dibuat oleh Komite Ilmiah karena studi dan penelitian berbasis sains harus lebih dipromosikan dalam melawan kampanye negatif terhadap minyak sawit berkelanjutan.

YBhg. Datuk Ravi Muthayah, Sekretaris Jenderal, Kementerian Industri Perkebunan dan Komoditas, Malaysia, JUGA meminta CPOPC untuk melipatgandakan upaya dalam memberikan narasi yang lebih kuat untuk memerangi kampanye negatif. Negara-negara penghasil minyak sawit tidak boleh berpuas diri dan lengah dengan kompetitor. Menjunjung tinggi keberlanjutan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) sangat penting yang didukung oleh pemikiran atau penelitian yang ofensif untuk membandingkan minyak sawit dengan minyak nabati lainnya.

Datuk Ravi secara khusus menyatakan dukungan kuat negaranya untuk adopsi Kerangka Kerja Global dari Prinsip untuk Minyak Sawit Berkelanjutan sebagai prinsip panduan bagi negara-negara penghasil minyak sawit yang masuk menjadi anggota dan sebagai contoh untuk tanaman minyak nabati lainnya, dalam mengupayakan kolaborasi yang semakin berdampak, bermakna, dan efektif, Datuk Ravi Muthayah mengajak negara-negara baru yang ingin masuk sebagai anggota untuk mempercepat proses bergabung dengan CPOPC.

Pertemuan dipimpin oleh Dr. Musdhalifah Machmud, Deputi Menteri Pangan dan Agribisnis, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia dan didampingi oleh YBhg. Datuk Ravi Muthayah, Sekretaris Jenderal, Kementerian Industri Perkebunan dan Komoditas, Malaysia.

Pertemuan juga dihadiri oleh perwakilan negara-negara pengamat yaitu Kolombia, Ghana, Honduras, dan Papua New Guinea.

Vice Minister of Agricultural Affairs,i Kolombia, H.E. Juan Gonzalo Botero, yang hadir secara daring menyampaikan pentingnya bergabung dengan CPOPC untuk mempromosikan kerjasama dalam hal penelitian, produksi dan komersialisasi minyak sawit di seluruh dunia.

High Commissioner Ghana untuk Malaysia, Akua Sekyiwa Ahenkora menyoroti keuntungan untuk terus mempromosikan manfaat kesehatan dari minyak kelapa sawit, keberlanjutan industri dan atribusinya terhadap SDGs dari PBB dan dukungan untuk peningkatan kapasitas petani kecil.

Vice Minister of Agriculture Ministry of Agriculture and Livestock, Honduras, David Ernesto Wainwright menyampaikan penghargaan atas dukungan yang ditunjukkan kepada Honduras melalui sumbangan benih bersertifikat oleh CPOPC.

Acting Secretary Department of Agriculture and Livestock, Papua New Guinea, Kepson Pupita menegaskan kelayakan kelapa sawit untuk mengubah perekonomian negara terutama dalam pengurangan kemiskinan dan keterlibatan produktif warga. Pertemuan lebih lanjut membahas beberapa program dan kegiatan utama organisasi dan usulan CPOPC, serta masalah tata kelola. Sebagian besar program prioritas yang telah disahkan selama SOM berkaitan dengan mempromosikan keberlanjutan kelapa sawit, termasuk upaya peningkatan kapasitas petani kecil, proyek penelitian, serta program komunikasi dan advokasi.

 

Sumber; Sawitindonesia.com