Untuk menekan impor bahari bakar minyak (BBM) sekaligus meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mendorong PLN menggunakan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/ CPO). Langkah tersebut diyakini bisa membuat kinerja perusahaan setrum itu semakin efisien.
WARTAWAN Rakyat Merdeka Kartika Sari yang ikut kunjungan Menteri Jonan ke Napoli, Italia, melaporkan, untuk merealisasikan itu. Jonan sudah menyurati PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
“Saya sudah minta agar dicoba dua tahun, bahan bakar pembangkit listrik tenaga diesel diganti dengan kelapa sawit. Kalau (PLN) mau bangun sendiri (power plant) pake sawit, silakan saja,” kata Jonan usai mengunjungi Acerra Power Plant, pembangkit listrik dengan bahan bakar 100 persen CPO. di Napoli, Italia, Kamis (8/11).
Jonan yakin, bila PLN berhasil mengganti bahan bakar solar dengan CPO, kinerja perusahaan pelat merah tersebut bisa lebih efisien. Sebab, harga CPO saat ini Iebih murah daripada minyak diesel. “PLN pakai 5 persen (solar), kalau bisa pindah ke CPO kan bisa menekan impor BBM,” terangnya.
Bagaimana soal pasokan CPO-nya? Jonan menjelaskan, Indonesia merupakan salah satu produsen CPO terbesar di dunia. Produksinya besar dan melimpah. “Soal pasokan nanti jika perlu kan bisa dibikinkan aturan. Dibikin ada kewajiban untuk Domestic Market Obligation (DM0),” imbuhnya.
Acerra Power Plant merupakan perusahaan pembangkit listrik milik GAR. anak usaha Sinarmas Agribusiness Food. Ikut mendampingi Jonan, Business Director Of-East Java, Bali and Nusa Tenggara Region PLN dan Djoko R. Abumanan, dan Direktur Regional Maluku-Papua Ahmad Rofik, Direktur Hulu Pertamina Dharmawan. Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro dan Ketua Umum Asosiasi Biofuel Indonesia (APROBI) MP Tumanggor.
Djoko dan Rofiq diajak untuk melihat langsung kesuksesan pembangkit Acerra. yang menggunakan 100 persen CPO untuk bahan bakarnya. Keduanya tampak sangat aktif bertanya kepada manajemen Acerra Power Plant saat sesi presentasi.
Rombongan diterima Direktur Corporate Affair Sinarmas Agribusiness Food Ronny Rusli, Direktur Sinarmas Agribusiness Food Harry Hanawi, Direktur Orange Capital Development Christian Banfi dan Power Plant Manager OM Services Guiseppe Augello.
Proyek pembangkit listrik Acerra Power Plant cukup luas. Peralatannya juga canggih. Jonan dan rombongan diajak berkeliling pembangkit untuk melihat proses pembuatan listrik dengan bahan CPO.
Jonan menegaskan, pemerintah berkomitmen mengejar target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025. Penerapan terbesarnya pada listrik dan transportasi. Untuk transportasi, pemerintah menerapkan B20. Untuk kelistrikan tumpuannya pada Pembangkit Listrik Tenaga Air dan panas bumi. Nah, pemerintah juga mau coba CPO. “Kalau bisa 2.000 megawatt (MW) saja, itu bisa berkontribusi 2,5 sampai 3 persen. Itu banyak lho. Jangan dikira sedikit.” katanya.
Menurut Christian Banfi. listrik yang diproduksinya dijual di pasar domestik. Sementara CPO-nya dipasok Sinarmas Agribusiness Food dari Indonesia. “Acerra Power Plant yang berkapaitas 74.8 megawatt, mulai beroperasi pada Desember 2008 dan beroperasi secara penuh pada Februari 2009. Perusahaan kami masih bayi, tapi tumbuh dengan baik,” jelas Banfi.
Banfi menjelaskan, Acerra Power Plant adalah pembangkit listrik terbesar yang menggunakan CPO di Italia. Mereka juga masih memiliki 35 pembangkit listrik CPO di lokasi berbeda dengan kapasitas lebih kecil,dan semuanya di Italia.
Apresiasi Pemerintah
Ketua Umum APROBI MP Tumanggor memastikan pihaknya siap memenuhi kebutuhan CPO untuk pembangkit. “Sampai saat ini kapasitas produksi kita sekitar 14 juta, sebagian kita ekspor,” ungkap Tumanggor.
Tumanggor memberikan apresiasi terhadap Menteri Jonan yang ikut mensosiaslisasikan tentang produksi sawit di Indonesia kepada lembaga tinggi di Eropa dan sejumlah perusahaan energi di Italia. Menurutnya, pemaparan Jonan tentu akan membuat masyarakat internasional berpikir ulung untuk melakukan penolakan-penolakan terhadap penggunaan sawit di Eropa.
Saat ditanya pendapatnya mengenai ancaman negara-negara anggota Uni Eropa yang mengancam akan melarang CPO Indonesia dengan alasan isu lingkungan. Jonan berpendapat, pemerintah sudah berupaya keras melobi dan meyakinkan Uni Eropa bahwa minyak sawit Indonesia tidak seperti yang dituduhkan.
“Menurut saya ya ini tugas para pengusaha sawit. Mereka harus bisa menunjukkan dan meyakinkan Uni Eropa mengenai isu lingkungan seperti yang dituduhkan,” katanya, sambil menunjuk Ketua Umum APROBI MPTumanggor.
Tumanggor pun langsung menimpali. “Itu betul Pak Menteri. Tapi masalahnya yang menjadi pemutus kebijakan adalah pemerintah. Sekali lagi saya berterima kasih kepada Pak Jonan dan Menko Maritim Pak Luhut Pandjaitan yang sudah ikut melobi dan memperjuangkan sawit Indonesia di Uni Eropa. Sehingga Uni Eropa menunda menjatuhkan sanksi melarang sawit asal Indonesia,” kata Tumanggor.
Sementara Banfi berpendapat, mesti ada orang Indonesia yang bisa menjelaskan dan meyakinkan politisi dan para pemutus kebijakan di Uni Eropa bahwa minyak sawit bisa digunakan untuk banyak hal yang sangat bermanfaat. “Salah satunya untuk memproduksi listrik seperti yang kami lakukan.” ujarnya kepada Rakyat Merdeka.
Sumber: Rakyat Merdeka