Potensi Indonesia untuk mendongkrak atau mempertahankan ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya ke India makin berat akibat kebijakan negara tersebut yang akan menggenjot produksi kedelai.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa sawit Indonesia Kanya Lakhsmi mengatakan, kebijakan India tersebut wajar lantaran harga minyak kedelai saat ini sedang berada pada tren yang membaik.

“Sekarang kebutuhan minyak nabati mereka masih tinggi, terutama CPO. Kalau sampai produksi minyak kedelai mereka digenjot lagi, ruang buat CPO kita makin sempit. Padahal, saat ini kita sudah terbebani oleh bea masuk ke India yang tinggi,” ujarnya, Minggu (6/9).

Dia mengatakan, hingga saat ini proses lobi-lobi penurunan bea masuk CPO, terutama produk turunannya ke India masih cukup alot. Kendati telah mendapatkan dukungan dari importir minyak nabati India, para eksportir CPO RI masih belum mendapatkan lampu hijau dari pemerintah Negeri Bollywood untuk mendapatkan pengurangan bea masuk.

Saat ini CPO asal Indonesia dikenai bea masuk 40% di India, sedangkan untuk produk turunannya dikenai 50%. Khusus untuk bea masuk produk turunan CPO, tarif yang dikenakan terhadap Indonesia lebih besar dibandingkan dengan negara produsen utama sawit lainnya yakni, Malaysia yang hanya dikenakan sebesar 45%.

Adapun, berdasarkan data Gapki, pada Maret 2019 volume ekspor CPO dan produk turunannya dari Indonesia ke India membukukan penurunan yang tajam yaitu 62% secara month to month (mtm) yakni dari 516.530 ton pada Februari 2019 menjadi 194.410 ton pada Maret 2019.

Sepanjang Januari-Maret 2019, volume ekspor CPO dan minyak kernel RI ke India mencapai 1,31 juta ton. Capaian volume ekspor itu menempatkan India di peringkat kedua negara tujuan ekspor terbesar RI, setelah Uni Eropa.

Gapki melaporkan perlambatan pertumbuhan ekonomi India yang hampir memasuki ambang krisis menyebabkan berkurangnya permintaan minyak sawit baik dari Indonesia maupun Malaysia.

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia Sahat Sinaga mengatakan, langkah India menambah produksi minyak kedelai merupakan upaya untuk melindungi industri lokalnya.

“Itu trik India untuk mendapatkan bahan baku minyak nabati dalam volume besar supaya mengurangi ketergantungan mereka dari impor CPO. Namun, saya yakin, penduduk negara itu masih sangat menggemari CPO dibandingkan dengan minyak nabati lain, sehingga prospek ekspor kita ke India masih terbuka,” katanya.

Seperti dikutip dari Reuters, Pemerintah India akan menambah produksi kedelai dan minyak kedelainya dengan meningkatkan jumlah lahan pertanian produk tersebut pada 2019.

 

Sumber: Bisnis Indonesia