Pengusaha mendorong pemerintah untuk mengebut penerapan program pencampuran biodiesel ke solar 30 persen (B30). Kebijakan ini akan membantu penyerapan biodiesel lokal.

DIREKTUR Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (Gimni) Sahat Sinaga mengatakan, dengan penerapan B30 akan membantu industri sawit nasional. Sebab, kebijakan ini akan meningkatkan pemakaian biodiesel domestik.

Menurut Sahat, saat ini serapan biodiesel di pasar domestik cuma 27 persen dari total produksi. Jumlah tersebut sudah termasuk dengan biodiesel untuk program B20.

Dengan program B30, maka serapan domestik akan naik dari 27 persen menjadi 35 persen. Artinya domestik lebih kuat dan bisa mengurangi ketergantungan kepada pasar global.

“Saat ini jumlahnya 2,5 juta ton. Dengan naik jadi 30 persen ada tambahan 1 ,5 juta ton menjadi 4 juta ton,” paparnya.

Menurut dia, percepatan B30 juga akan mengurangi emisi gas rumah kaca sehingga udara jadi lebih bersih. Selain itu, keasa-man udara juga akan berkurang. Pemerintah pun bisa mengurangi biaya kesehatan.

Hapus Pungutan Ekspor

Sahat mengatakan, produksi biodiesel mencapai 12 juta ton per tahun. Sedangkan, dengan B30 penyerapannya menjadi 4,5 juta ton. Artinya masih ada sisa sekitar 7,5 juta ton dan harapannya bisa dijual untuk ekspor.

Namun, sayangnya penjualan ekspor pun terganggu. Penyebabnya, pemerintah menerapkan pungutan ekspor 20 dolar AS per ton. Akibatnya, banyak perusahaan yang berhenti ekspor. “Kami mengusulkan pungutan ekspor itu dihapuskan,” ujarnya.

Menurut Sahat, akibat kebijakan pemerintah tersebut banyak perusahaan yang mulai mengurangi produksinya. Bahkan, saat ini sudah ada tiga perusahaan yang gulung tikar.

Sementara untuk penjualan tahun ini, Sahat mengatakan, akan tumbuh 8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Angka tersebut di bawah harapan kami 15 persen.

“Salah satu penyebabnya pungutan ekspor itu. Dan, kita berharap agar program B30 digenjot,” tukasnya.

Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan kembali melakukan uji coba B20 pada kereta api dan studi awal penggunaan B30 untuk transportasi darat selain kereta apa pada tahun depan.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, saat ini kajian B-30 akan memasuki uji awal di lapangan. “Kajiannya sudah selesai, namun demikian ada tes lapangan juga ini sekarang sedang persiapkan di lapangannya, akan dicoba pada transportasi darat selain kereta api,” ujar Arcandra.

Wamen menambahkan, butuh waktu dalam masa peralihan dari B20 menuju B30. Di samping itu, uji coba terus dilakukan agar ke depannya penerapan B30 pada transportasi darat tidak menemui kendala.

Lebih lanjut, kata dia, implementasi B30 menunggu terse-lesaikannya kendala yang ada di B20. “Kita masih akan menguji B20 untuk kereta api, akan dibuktikan apakah B20 comply dengan sistem kereta api sekarang,” jelasnya.

 

Sumber: Rakyat Merdeka