PIAGAM Medan MAIMUN
PPKS Medan, 17 Nov.2017
Pengantar.
Sebelum merayakan Hari Sawit Indonesia, beberapa pakar dan sesepuh Sawit berkumpul di Ruang Rapat PPKS – Medan- per tanggal 17 November 2017 sore.
Tujuan pertemuan adalah brain-storming, bagaimana menyikapi situasi bisnis sawit dewasa ini. Termasuk menghadapi tantangan-tantangan , pertama dari luar negeri berupa “black-campaign” yang kian hari semakin kencang , permintaan global yang dikriminatif bahwa hanya palm oil yang perlu sertifikasi sustainable dan kedua dari domestik berupa barrier issues, a.l. yaitu berbagai kelompok didalam negeri yang tetap berpandangan negatif terhadap sawit, timbulnya pola pikir restorasi gambut (sejak kapan alam bisa direstorasi ?? ) , permasalahan areal kebun yang sudah dapat HGU dan berada di areal “hutan “, serta banyaknya petani sawit ( smallholders farmers = SHF ) yang belum berhasil mendapatkan sertifikat lahan dan juga berada di kawasan “hutan”.
Juga masuk kedalam pembahasan : perihal , betapa besar jasa Sultan Deli dalam persawitan Indonesia ini, seandainya Sultan tidak memperkenakan pohon sawit ditanam di areal perkebunan tembakau Deli sebagai pohon pelindung tembakau dari angin bohorok dan sebagai “ornament” dipinggir jalan, maka besar sekali kemungkinan industri sawit tidak akan berkembang seperti dewasa ini.
Bukti lain yang muncul dalam diskusi OTB, betapa pentingnya “RESEARCH” untuk mengembangkan industri dan dunia bisnis . Riset sawit yang dikembangkan di tahun 1916-an bahwa sebenarnya sawit yang berkembang dewasa ini adalah turunan dari sawit Tenera, hasil perkawinan jenis DURA x PESIFERA. Produktivitas tanaman sawit jenis Tenera adalah tinggi dan yield juga tinggi.
Yang hadir dalam pertemuan OTB adalah para pemuka dan sesepuh persawitan nasional, a.l. pak Derom Bangun, Bayu Krisnamurthy, Sahat M.Sinaga, Darmono Taniwiryono,Hasril Siregar, Mustafa Daulay, Lakshmi K. Sidarta , Dharma Sebayang, Kacuk Sumarto , Donald Siahaan, Timbas Ginting, David Virgo, Stanley Ma dan puluhan lainnya baik dari perkebun-an dan Assosiasi yang terlibat dalam industri persawitan menyampaikan suatu pernyataan ,ada 6 butir untuk memajukan industri sawit Indonesia berupa PIAGAM MEDAN MA’IMUN, seperti berikut ini
Piagam Medan Ma’imun,Medan 17 November 2017
Oleh para para ahli, pemuka dan pencinta tanaman sawit Indonesia
- Perlu suatu body – terkonsentrasi – yang betul-betul menguasai ilmu persawitan , untuk mengkoordinasikan permasalahan sawit. Ditelaah bahwa DMSI ( Dewan Minyak Sawit Indonesia ), harus mampu menanganinya. Oleh karena yang akan ditangani bukan hanya minyak sawit , maka disampaikan agar nama DMSI dirubah menjadi DSI ( Dewan Sawit Indonesia ) dengan kelembagaan dan struktur organisasinya yang lebih operasional.
- Sawit Indonesia hanya akan bisa berkembang dan berterima di pasar internasional akan sustainability –nya, jika persoalan budi-daya sawit dan persoalan sertifikasi lahan para petani sawit ( smallholder farmers= SHF) bisa diselesaikan dan semua gerakan replanting bertitik tolak pada pengembangan Institusinya yang mapan dan profesional. DSI akan memberikan prioritas utama dalam upaya menanggulangi persoalan yang mendasar ini.
- DSI mendukung program Pemerintah , peningkatan produktivitas sawit dari SHF , butir -2 diatas – . Untuk tujuan tersebut DSI akan bekerjasama dengan Kementerian Pertanian, Kemen-terian KLH, Kemeterian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasionl serta Pemerintah Propinsi/Kabupaten
- DSI mendorong Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat agar segera memberi kepastian hukum dalam melakukan usaha persawitan di Indonesia, melalui :
- Perlu ada UU Perkelapa –sawitan yang komprehensif dan seluruh issue yang muncul dalam hal menjalankan usaha persawitan baik untuk lokal dan internasional ada ditangan suatu Institusi atau Badan yang kompeten
- Tata –ruang agar segera diselesaikan, dan ditetapkan diseluruh wilayah Indonesia
- DSI akan mengkampanyekan dan mendorong dunia internasional untuk bertindak tidak diskriminatif, dan seluruh jenis minyak nabati ( vegetable oils) harus sama Oleh karena itu RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil ) harus berubah konsep dan symbol menjadi RSVO ( Roundtable Sustainable Vegetable Oils )
- DSI adalah dan akan bertindak sebagai suatu lembaga yang resmi dari Indonesia untuk menjawab semua issue-isue yang negatif yang dilontarkan oleh pihak mana saja. Oleh karena itu perlu dukungan finansial yang solid/mumpuni.
—————————————-oo0oo————————————————