Untuk mengisi kebutuhan SDM Kebun, pendidikan vokasi Politeknik LPP Yogyakarta siapkan beberapa program berkolaborasi dengan perusahaan perkebunan.

Pendidikan vokasi mendapatkan perhatian yang cukup besar dari pemerintah. Sebagaimana diterbitkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2019 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Perubahan yang paling mendasar dalam Perpres itu, adalah adanya Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Pendidikan Vokasi) di Kemendikbud.

Sebelumnya, pendidikan vokasi di bawah Direktorat Jenderal lainnya, seperti Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, mau pun Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan di bawah Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat.

Kehadiran Ditjen Pendidikan Vokasi bertujuan untuk menyiapkan sumberdaya manusia yang siap menghadapi era Revolusi Industri 4.0 yang membutuhkan tenaga-tenaga terampil yang ahli di bidangnya.

Sejalan dengan itu, Politeknik LPP Yogyakarta berencana berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan perkebunan melalui program Diploma III Perkebunan yang ada di kampusnya. Hal itu diutarakan Direktur Politeknik LPP Yogyakarta, Ari Wibowo.

Kini, Politeknik LPP Yogyakarta memiliki program Diploma III Perkebunan yang sangat aplikatif, berbeda dengan kampus lain. Program ini, dengan sistem pembelajaran 2 semester di Kampus, 1 semester di Kebun, 2 semester di kampus dan 1 semester di kebun.

Bagi mahasiswa Diploma III, yang sedang menjalani Semester 3, mendapatkan Bimbingan Mental, Fisik dan Disiplin (Bintalfisdik) yang dipandu oleh Brigadir Mobil (Brimob) Yogyakarta. Selama satu bulan, mahasiswa akan mendapatkan materi Bintalfisdis, tujuannya untuk meningkatkan kedisiplinan dan Jiwa Korsa.

“Jadi, mahasiswa yang sudah sedang menjalani semester 3, mereka harus menjalani Bintalfisdis di Mako Brimob. Selain itu, mahasiswa juga mendapatkan materi populer, misalnya materi Penanggulangan Kebakaran, P3K dalam kondisi darurat, materi praktis yang sangat diperlukan saat berada di kebun tetapi di luar kurikulum,” terang Ari.

Setelah itu, selama 4 bulan berikutnya, mahasiswa menjalani proses magang di perusahaan perkebunan untuk belajar praktik di kebun. “Mahasiswa masuk keperusahaan unggul, untuk belajar mulai dari materi dasar budidaya tanaman hingga materi lainnya. Kami sudah kirimkan 30 mahasiswa dibagi menjadi 2 kelompok untuk belajar teknis di Socfindo di Sumatera Utara,” tambah Ari.

Pada program Diploma III Perkebunan, selain praktik di perusahaan, mahasiswa semester akhir, juga akan diterjunkan untuk pendampingan petani. Namun, program pendampingan petani sawit belum dilaksanakan.

“Kami sedang komunikasi dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Labuhan Batu Selatan (Labusel), Sumatera Utara. Karena ada pandemi Covid-19 jadi tertunda. Rencanannya mahasiswa akan disebar kebeberapa Koperasi Petani dan Kelompok Petani. Selama 4 bulan, mereka wajib membantu petani untuk meningkatkan kinerja di kebun. Mulai dari penyuluhan, administasi, perbaikan budidaya tanaman,” jelas Ari.

Menurutnya, program ini sudah sangat baik itu sebabnya perusahaan bisa melihat kesempatan ini sebagai peluang. “Jika perusahaan bersedia berkolaborasi dengan Politeknik LPP Yogyakarta, baik dalam bentuk rekrutmen, pemberian Beasiswa, Beasiswa Ikatan Dinas, kami bersedia untuk mengelola program ini dengan baik lagi,” kata Ari.

Yang menarik mahasiswa program Diploma III Perkebunan Politenik LPP Yogyakarta yaitu mendapatkan Mata Kuliah Umum seperti Mata Kuliah Bahasa Indonesi dan Agama yang sangat aplikatif. Mahasiswa selama belajar MKU (Bahasa Indonesia dan Agama) tidak hanya belajar teori, tetapi lebih menekankan pada penggunaan Bahasa dan praktik ilmu agama yang diaplikasikan di kebun.

“Sebagai contoh, kami berkewajiban memberikan Mata Kuliah Bahasa Indonesia, maka kami tidak lagi belajar materi Bahasa Indonesia, misalnya EYD, dasar-dasar Bahasa Indonesia, Tetapi melihat kebutuhan Bahasa Indonesia yang diaplikasikan di kebun. Misalnya, seorang Asisten Kebun harus bisa memberikan sambutan saat apel pagi pada anggota, maka itu yang harus dilatih,” jelas Ari.

“Dan. bagaimana berkomunikasi yang baik, bicara di depan audience dan apa saja yang harus dipersiapkan. Mulai dari pembukaan, isi dan penutup dalam sambutan. Dan, seorang asisten kebun harus bisa membuat Memo dan harus bisa membaca kontrak kerjasama, pelajar seperti itu yang harus diajarkan,” tambahnya.

Contoh lain, saat belajar Agama, tidak lagi bicara fikih atau Tauhid. “Tetapi kami lebih bicara pada kebutuhan Asisten Kebun harus bisa khotbah, adzan, mengaji bahkan memandikan jenazah. karena Asisten Kebun saat berada di kebun adalah seorang yang terpandang. Itu dari sisi mata kuliah yang diajarkan. Tetapi untuk yang lain praktek dan sebagainya sudah pasti diajarkan,” pungkas Ari.

 

Sumber: Sawitindonesia.com