JAKARTA – Gabungan Pengusaha Kelapa sawit Indonesia memprediksi produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil nasional pada tahun ini meningkat sekitar 3,50 juta ton dari 36,50 juta ton tahun lalu menjadi 40 juta ton tahun ini.
Ketua Bidang Tata Ruang dan Agraria Gabungan Pengusaha Kelapa sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono menyebutkan bahwa peningkatan produksi ini didukung oleh keadaan cuaca yang diperkirakan lebih baik tahun ini.
“Kalau dengan cuaca seperti ini artinya tidak ada cuaca ekstrem, seperti banjir atau El Nino. Kalau dari perkiraannya kan sepertinya enggak ada El Nino, harusnya bisa tembus 40 juta [ton] ya,” katanya ketika dihubungi Bisnis, Rabu (24/1).
Selain produksi tahun depan yang diprediksi meningkat. Eddy juga optimistis dengan realisasi produksi tahun ini yang diperkirakan melebihi prediksi yang ditetapkan pada level 36,50 juta ton.
Sama seperti perkiraan untuk 2018, realisasi produksi di 2017 juga didorong keadaan cuaca yang baik tanpa kekeringan. Selain itu, perbaikan tanaman dan penambahan tanaman baru yang terjadi sebelumnya akan menjadi penopang peningkatan realisasi produksi pada tahun lalu dibandingkan dengan estimasi yang dibuat sebelumnya.
“(Realisasi produksi 2017) malah lebih [dari prediksi]. Ya, itu kan kemarin setelah 2015 El Nino, terus kemudian 2016 kan tidak ada kekeringan. Nah, mulai ada perbaikan semua untuk tanaman. Kemudian, ada sedikit penambahan tanaman baru yang mulai produksi,” paparnya.
Kendati produksi di 2018 diprediksi meningkat, tidak demikian halnya dengan jumlah dan kontribusi ekspor CPO tahun ini.
Meskipun belum mendapatkan angka pasti karena data yang masih belum lengkap, Eddy memperkirakan realisasi ekspor CPO tahun lalu akan mencapai 30 juta ton. Demikian halnya dengan perkiraan ekspor tahun ini yang diprediksi tidak akan jauh berbeda.
Untuk itu, usaha membuka pasar baru di luar yang ada saat ini diharapkan bisa berbuah baik.
Saat ini, pasar ekspor yang dimiliki Indonesia antara lain India, China, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Pakistan.
Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Santosa mengatakan bahwa upaya peningkatan produksi sawit saat ini sudah nyaris tidak mungkin dilakukan melalui ekspansi lahan.
“Maka dari itu, kami lakukan upaya lain seperti mekanisasi pertanian, replanting lahan, hingga agronomic practices. Rencananya, pada 2020 kami sudah bisa memproduksi bibit sendiri, bisa lewat rekayasa genetika misalnya,” ujarnya di sela-sela media gathering di Batu, Malang, Jawa Timur, Rabu (24/1).
Astra agro telah memiliki pusat riset di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, yang beroperasi sejak hampir 1 dekade lalu.
Produksi tandan buah segar sawit perseroan pada 2017 mencapai 5,22 juta Eddy berharap supaya rencana untuk bisa mengekspor CPO ke negara di Timur Tengah, Amerika Selatan, dan Rusia bisa dimulai secepatnya pada pertengahan tahun ini.
ASTRA AGRO
Sementara itu, produsen kelapa sawit dan turunannya PT Astra Agro Lestari Tbk. berencana semakin fokus untuk intensifikasi lahan serta kemitraan untuk meningkatkan produksi ton, naik dari tahun sebelumnya yang hanya 4,87 juta ton. Dengan demikian, produksi minyak sawit mentah perseroan juga meningkat pada 2017 menjadi 1,63 juta ton dari 1,54 juta ton pada 2016.
Korporasi yang melantai di Bursa Efek Indonesia itu memiliki luas area tanam sawit 291.000 ha, yang tersebar di delapan provinsi. Dari jumlah itu, area kebun inti perseroan mencapai 228.300 ha, sisanya merupakan kebun plasma.
Berkaitan dengan peremajaan kebun, AALI membidik 3.000 ha lahan sawit mitra. Selain itu, Astra Agro juga menyiapkan anggaran sekitar Rp 30 miliar untuk pembiayaan kebutuhan sarana dan prasarana produksi tanaman para mitra tersebut sekaligus pemberian bantuan 30.000 bibit sawit.
Juli ER. Manalu Bunga Citra A.N.
Sumber: Bisnis Indonesia